BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan islam telah
berlangsung kurang lebih 14 abad, yakni sejak nabi Muhammad saw diutus sebagai
rasul. Pada awalnya pendidikan berlangsung secara sederhana, dengan masjid
sebagai pusat proses pembelajaran, al-qur’an dan hadits sebagai kurikulum utama
dan rasulullah berperan sebagai guru dalam proses pendidikan tersebut.
Setelah rasulullah wafat
pendidikan islampun berkembang, yaitu dengan ditandai adanya perubahan
kurikulum pendidikan, misalnya yang sebelumnya kurikulum pendidikan hanya
terbatas pada al-qur’an dan hadits kemudian ditambah dengan ilmu-ilmu baru yang
berasal dari Jazirah Arab yang telah mengalami kontak dengan islam baik dalam
bentuk peperangan maupun dalam bentuk hubungan damai.
Perkembangan pendidikan
islam juga diiringi dengan munculnya tokoh-tokoh pemikir kependidikan islam,
seperti Ibnu Khaldun, Hasan Al-Banna, Hasan Langgulung dll. Yang mana
masing-masing dari pemikir tersebut memiliki konsep pemikiran yang berbeda-beda
antara pemikir satu dan pemikir lainnya. Dan pemikiran-pemikiran tersebut
dijadikan acuan dalam pengembangan pendidikan islam sampai sekarang. Dan
penjelasan lebih lanjutnya akan dipaparkan dalam makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, perlu kiranya kami memaparkan lebih lanjut mengenai
pemikiran-pemikiran pendidikan islam. Oleh sebab itu, kami menyajikan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
A.
Apa
pengertian pengembangan dalam pendidikan islam?
B.
Bagaimana
model-model pemikiran dalam pendidikan islam?
C.
Bagaimana
pemikiran-pemikiran ulama dalam pengembangan pendidikan islam.
C.
Tujuan Penulisan
Peyajian makalah ini bertujuan :
1.
Untuk
mengetahui pengertian pengembangan dalam pendidikan islam.
2.
Untuk
mengetahui model-model pemikiran dalam pendidikan islam.
3.
Untuk
mengetahui pemikiran-pemikiran ulama dalam pengembangan pendidikan islam.
D.
Manfaat penulisan
1.
Manfaat Teoritis
Memperoleh gambaran umum tentang pengertian dan model-model pemikiran
dalam islam.
2.
Manfaat Praktis
Memperoleh pengetahuan tentang
pemikiran-pemikiran ulama dalam pengembangan pendidikan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pengembangan dalam Pendidikan Islam.
Istilah pengembangan dapat bermakna kuantitatif dan kualitatf.
Secara kuantitatif bagaimana menjadikan pendidikan islam lebih besar, merata
dan meluas pengaruhnya dalam konteks pendidikan pada umumnya. Secara kualitatif
bagaimana menjadikan pendidikan islam lebih baik , bermutu, dan lebih maju
sejalan dengan dasar atau nilai-nilai islam yang tetap bisa merespon dan
mengantisipasi berbagai tantangan pendidikan. Termasuk dalam pengertian
kualitatif adalah bagaimana mengembangkan pendidikan islam agar bisa menjadi
bangunan keilmuan dan kokoh yang memiliki kontribusi yang signifikan terhadap
pembangunan masyarakat nasional dan trans-nasional serta pengembangan iptek.
Pemikiran tentang pengembangan pendidikan islam mengajak seseorang
untuk berfikir analitis-kritis, kreatif, dan inovatif dalam menghadapi berbagai
praktik di bidang pendidikan untuk dikaji dan ditelaah lebih lanjut serta
menghadapi pemikiran dan teori-teori yang dibangun oleh para pendahulunya.
Selanjutnya dapat dilanjutkan dengan memperkaya nuansa pemikiran dan teori yang
ada, merevisi dan menyempurnakan pemikiran dan teori yang sudah ada, mengganti
pemikiran dan teori lama dengan teori yang baru atau menciptakan pemikiran atau
teori yang akan menciptakan perubahan (change), pembaruan atau perbaikan
(reform), yang diikuti dengan pertumbuhan (growth), dan
ditingkatkan secara berkelanjutan (continouse improvement) untuk
dibawa kearah yang lebih ideal. Oleh karena itu, pemikiran tentang pengambangan pendidikan islam perlu membidik wilayah
kajian.
Yaitu: foundational problems, structural problems, dan
operational problems.
Dengan demikian yang dimaksud dengan pemikiran tentang pengembangan
dalam islam adalah bagaimana mengembangkan pendidikan islam sehingga memiliki
kontribusi yang signifikan bagi pembangunan masyarakat dan pembangunan iptek,
bagaimana mengembangkan model-model pendidikan islam yang lebih kreatif dan
inovatif dengan tetap komitmen terhadap dimensi fondasionalnya, bagaimana
menggali masalah-masalah operasional dan actual pendidikan islam untuk dibidik
dari dimensi fondasional dan strukturalnya, serta bagaimana mengembangkan
pemikiran pendidikan islam sebagaimana tertuang dan terkandung dalam
literatur-literatur pendidikan islam.
B.
Model-model Pemikiran Islam dalam Pendidikan Islam
Di dalam islam dikenal
adanya dua pola pengembangan pemikiran islam, yaitu pola pemikiran yang
bersifat tradisional dan rasional. Kedua pola pemikiran itu sangat sulit dicari
titik temunya. Pola pemikiran tradisional memberikan tempat dan ruang yang
sempit bagi peranan akal dan peluang yang luas diberikan kepada wahyu,
sedangkan pola pemikiran rasioal bersifat sebaliknya.
Menurut para ahli,
pemikiran islam yang berkembang pada
saat ini dapat dicermati melalui empat model pemikiran keislaman, yaitu:
1.
Model
Tektualis salafi
Yaitu memahami ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam
al-quran dan as-sunnah dengan melepaskan diri dan kurang begitu
mempertimbangkan situasi konkret dinamika masyarakat di sekitarnya.Pemikiran
Para Ulama dalam Pengembangan Pendidikan Islami. Jadi hanya mementingkan
dalil-dalil tanpa menggunakan pendekatan keilmuan lain.
2.
Model
Tradisionalis madzhabi
Yaitu meahami
al-qur’an melalui bantuan khazanah pemikiran islam klasik, namun kurang begitu
mempertimbangkan situasi sosio historisnya. Jadi model ini berusaha membangun
konsep pendidkan islam melalui kajian pemikiran pendidikan karya ulama
terdahulu.
3.
Model
Modernis
Yaitu memahami
al-qur’an dengan semata-mata mempertimbangkan kondisi dan tantangan
sosio-historis saja tanpa mempertimbangkan khazanah intelektual klasik.
Dan pemikiran ini memliki sikap bebas
modifikatif dalampengembangan pendidikan.
4.
Model
Non-modernis
Yaitu memahami
al-qur’an dengan mempertimbangkan khazanah intelektual muslim klasik serta
mencermati kesulitan-kesulitan dan kemudahan-kemudahanyang ditawarkan oleh
dunia modern.
C.
Pemikiran Ulama’ dalam
Pengembangan Pendidikan Islam
Dalam pendidikan islam
banyak sekali pemikiran-pemikiran ulama yang dijadikan rujukan dalam
pengembanganaagar pendidikan islam, diantaranya:
1.
Pemikiran
Ibnu Khaldun
Dalam bidang
pendidikan Ibnu Khaldun mengemukakan konsep yang didalamnya terdapat
prinsip-prinsip yang menekankan pada proses belajar yang dilakukan oleh guru,
mulai dari adanya penahapan dan pengulangan secara berproses, tidak membebani
pikiran siswanya, tidak pindah dari satu materi ke materi yang lain sebelum
siswa benar-benar memahaminya, tidak menggunakan kekerasan dalam pengajaran,
serta menganggap lupa adalah hal biasa dalam belajar.
Dari
prinsip-prinsip tersebut jelaslah bahwa Ibnu Khaldun begitu memperhatikan
posisi siswa dalam proses pembelajaran, dimana siswa benar-benar disiapkan
untuk nantinya bisa mewujudkan tujuan dari suatu pendiikan.
Tujuan dari suatu
pendidikan itu sendiri menurut Ibnu
Khaldun yaitu memperoleh ilmu pengetahuan sebagai puncak dari pembelajaran
yang kemudian nantinya bisa digunakan sebagai alat untuk membantu hidup.
Oleh karena itu siswa harus mampu dan siap hidup lebih baik di masa yang akan
datang untuk terus mempertahankan eksistensi pendidikan yang ia punya dalam masyarakat
yang semakin berkembang.
2.
Pemikiran
Hasan Langgulung
Menurut Hasan
Langgulung pendidkan adalah sebagai alat pengembang potensi,budaya, serta
interaksi antara potensi dan budaya tersebut. Pendidikan juga merupakan suatu
proses yang mempunyai tujuan untuk menciptakan berbagai pola tingkah laku
tertentu pada orang yang dididik.
Dengan demikian
pendidikan harus mencakup seluruh dimensi yang ada dalam diri manusia meliputi
fisik, akal, akhlak, iman, kejiwaan, estetika, dan sosial kemasyarakatan. Oleh
karena itu, dalam proses pendidikan seorang pendidik harus benar-benar
membimbing, mengarahkan potensi hidup baik berupa potensi dasar atau potensi
belajar sehingga terjadilah perubahan di dalam kehidupan seseorang yang dididikya
itu, tentunya dengan tetap menggunakan landasan berupa nilai-nilai ideal islam
sehingga tujuan pendidikan bisa tercapai.
Tujuan pendidikan
yang dimaksud yaitu mewujudkan nilai nilai ideal yang terbentuk dalam diri
mansia, membina manusia menjadi hamba allah yang saleh dalam seluruh aspek
kehidupannya serta mampu mengembangkan fitrah insaniah sesuai dengn kapasitas
yang dimiliki sebagai strategi pengembangan pendidikan islam.
Untuk itu Hasan
Langgulung juga mencantumkan kurikulum sebagai strategi pengembangan
pendidikan. Kurikulum yakni serangkaian kegiatan belajar mengajar yang
direncanakan dan diprogram secara terperinci bagi peserta didik di bawah
bimbingan sekolah, baik di dalam maupun di luar sekolah demi mencapai tujuan
yang diinginkan. Dengan begitu dapat dipahami bahwa kurikulum itu mencakup
empat unsure pokok yaitu tujuan yang ingin di capai, pengetahuan dan informasi,
metode pembelajaran, dan evaluasi untuk mengukur hasil pembelajaran yang telah
dirancang dalam kurikulum tersebut.
3.
Pemikiran
Hasan Al-Banna
Istilah penddikan
dalam konteks islam lebih banyak dikenal dengan kata at –tarbiyah, at-ta’lim,
at-ta’dib, ar-riyadhah dan lain-lain, tetapi istilah yang sering digunakan oleh
Hasan Al-Banna yakni at-tarbiyah dan at-ta’lim. At-tarbiyah yaitu pembinaan dan
pengembangan potensi manusia melalui pemberian berbagai ilmu pengetahuan baik
pendidikan agama, pendidikan jasmani, pendidikan akal dan pendidikan qalb.
Bertolak dari
penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa konsep Hasan Al-Banna meliputi dua
sisi, yaitu pengembangan potensi jasmani, akal, dan hati(qalb), yang
dimiliki manusia dan sekaligus sebagai pewarisan kebudayaan islam yang mampu
menciptakan lingkungan hidup damai dan tenteram. Jadi, pendidikan harus
brorientasi pada ke-Tuhanan, bercorak
universal, bersifat konstruktif serta membentuk persaudaraan dan keseimbangan dalam hidup.
Sedangkan tujuan
pendidikan menurut Hasan Al-Banna adalah mengantarkan anak didik agar mampu memimpin
dunia dan membimbing manusia lainnya kepada ajaran islam yang syamil atau
komprehensif, serta memperoleh kebahagiaan di atas jalan islam.
Demi mewujudkan
tujuan tersebut tentunya harus disertai dengan materi dan metode pendidikan
yang mumpuni. Untuk materi pendidikan sama seperti konsepnya yakni terdiri dari
tiga aspek, yaitu pendidikan akal yang bisa diambil dari ilmu pengetahuan
agama, pengetahuan alam, pengetahuan sosial dan cabang-cabangnya. Kemudian
pendidikan jasmani yang meliputi pemeliharaan kebersihan dan kesehatan terhadap
anggota jasmani. Dan yang terakhir pendidikan hati (qalb) yang bisa
berupa pendidikan agama dan sesuatu yang dapat menyejukkan hati.
Sedangkan untuk
metode pendidikannya, Hasan Al-Banna menawarkan enam metode sebagai berikut.
a.
Metode
diakronis, yaitu suatu metode yang menonjolkan aspek sejarah. Disebut juga
dengan metode sosio-historis
b.
Metode
sinkronik-analitik, yaitu metode yang memberi kemampuan analitis teoritis yang
berguna bagi pengembangan keimanan dan mental intelektual. Biasanya menggunakan
teknik diskusi, seminar, resensi buku dan lain-lain.
c.
Metode
hallul musykilat (problem solving), yaitu metode untuk melatih anak
didik berhadaan dengan masalah dari berbagai cabang ilmu pengetahuan.
d.
Metode
tajribiyyat (empiris), yaitu metode untuk memperoleh kemampuan anak
didik dalam mempelajari ilmu pengetahuan melalui realisasi, aktualisasi, dan
internalisasi sehingga timbul interaksi sosial.
e.
Metode
al-istiqariyyat (induktif), yaitu metode agar anak didik memiliki
kemampuan riset terhadap ilmu pengetahuan dengan cara berfkir dari hal khusus
ke hal umum.
f.
Metode
al-istinbathiyyat (deduktif), yaitu metode untuk menjelaskan hal-hal
umum kepada hal-hal khusus.
4.
Pemikiran
Harun Nasution
Dalam pendidkan
Harun Nasution menyatakan bahwa konsep pendidikan harus disesuaikan dengan
konsep manusia,yakni tidak hanya terdiri dari tubuh tetapi juga terdiri dari
unsur jasmani dan ruhani, yang mana ruh terbagi lagi menjadi akal dan kalbu sebagai
sub unsurnya. Akal dikembangkan melalui pendidikan baik pendidikan agama maupun
pendidikan sains. Keduanya sama penting dalam menciptakan generasi
berpendidikan yang mumpuni namun tetap saleh dan sesuai dengan norma-norma
islam.
Tentang pendidikan
agama, Harun Nasution menjelaskan bahwa yang dibutuhkan adalah pendidikan agama
bukan pengajaran agama. Dikarnakan pengajaran agama itu hanya berkisar pada
pokok-pokok bahasan tertentu saja tanpa memiliki pengetahuan keagamaan yang
luas. Padahal tujuan pendidikan agama itu sebaiknya didasarkan pada tujuan
moral, spiritual, dan intelekuial yang memiliki pemikiran luas dan rasional.
Dalam kaitan ini,
pendidikan yang masih bersifat tradisional dan hanya monoton pada pendidikan
agama saja juga harus diubah, yakni dengan memasukkan ilmu pengetahuan modern
(sains) dan teknologi ke dalam kurikulum. Sehingga dapat menghasilkan generasi
yang berintelektual tinggi tatapi tatap sesuai dengan norma-norma dalam islam.
5.
Pemikiran
Hasyim Asy’ari
Hasyim Asy’ari
menyebutkan bahwa tujuan utama ilmu pengetahuan adalah mengamalkan. Hal itu
dimaksudkan agar ilmu yang dimilki menghasilkan manfaat baik di dunia maupun di
akhirat. Terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu, yakni
bagi siswa hendaknya berniat suci dalam menuntut ilmu, tidak sekali-kali
berniat untuk duniawi semata serta tidak menyepelekan ilmu. Dan yang kedua
adalah bagi guru atau pendidik hendaknya juga meluruskan niat, tidak mencari
materi semata.
Dalam konsep
pendidikannya Hasyim Asy’ari lebih mengedepankan etika, seperti etika siswa
terhadap guru atau sebaliknya, etika keduanya (siswa dan guru) terhadap
pelajaran dan proses dalam pengajara, serta etika terhadap alat-alat yang
digunakan dalam proses pembelajaran, seperti buku, kitab dan lain-lain.
Dengan demikian jika etika-etika itu daan dilaksanakan dengan baik tentunya
proses pembelajaran juga bisa berjalan dengan baik.
Hasyim Asy’ari
juga menekankan peran guru, bahwa seorang guru harus mampu memahami psikologi
siswanya secara individual, mampu memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi
siswaya, mampu membimbing dan mengarahkan siswa-siswanya ke arah yang lebih
baik. Dengan demikian guru telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa pemikiran
pengembangan dalam konteks islam yakni pemikiran yang yang dapat membantu
bagaimana mengembangkan pendidikan islam sehingga memiliki montribusi yang
signifikan bagi pembangunan masyarakat dan dan pengembangan iptek serta mengembangkan
model pendidikan islam yang lebih kreatif dan inovatif dengan tetap komitmen
terhadap dimensi fondasionalnya.
Pemikiran tersebut kemudian dapat dicermati dengan empat model pemikiran
yaitu model tekstualis salafi, model tradisionalis madzhabi,
model modernis, dan model non-modernis.
Dari keempat model pemikiran tersebut banyak para ulama’ yang
mengemukakan pemikirannya tentang pendidikan islam, diantaranya:
1.
Ibnu
khaldun, dengan prinsip-prinsipnya yang menekankan pada proses pendidikan yang
dilakukan oleh pendidik.
2.
Hasan
Langgulung, dengan mencantumkan kurikulum sebagai strategi untuk mengembangkan
pendidikan islam.
3.
Hasan
Al-Banna, dengan teori pengembangan potensi pendidikan jasmani, akal, dan qalb
menggunakan salah satu dari enam metode.
4.
Harun
Nasution, dengan penyamaannya terhadap konsep pendidkan dengan konsep manusia.
5.
Hasyim
Asy’ari, dengan penekanannya terhadap etika di dalam proses belajar mengajar.
Pemikiran-pemikiran
inilah yang kemudian dijadikan rujukan dalam pengembangan pendidikan islam
sehingga dapat menghasilkan generasi penerus yang mumpuni dan berintelektual
tinggi namun tetap menggunakan dalam norma-norma keislaman.
B.
Kritik dan Saran
Demikianlah makalah yang telah kami buat. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang kontruktif dari para pembaca. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin
.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud,
Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2011.
Muhaimin,
Pemikiran dan AktualisasiPengembangan Pendidika Islam, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2012.
Nata,
Abuddin, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan islam di Indonesia, Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2006.
Siregar,
marasudin dkk, Pemikiran Pendidikan Islam, Semarang: Pustaka Pelajar,
2006.
Susanto.
Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2009.
Abuddin Nata
, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia
(Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006), hlm 121-123.