skip to main |
skip to sidebar
KATA MUTIARA TERE
LIYE
“Aku harus segera menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap
kali kerinduan itu muncul. Berat sekali melakukannya, karena itu berarti aku
harus menikam hatiku setiap detik.”
--Tere Liye, novel "Sunset Bersama Rosie"
“Kau tahu, Nak,
sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal, yaitu, suhu dan tekanan yang
tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi
tekanan yang diperolehnya, maka jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia
justeru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal
harganya.
“Sama halnya dengan kehidupan, seluruh kejadian
menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasannya, jika kita
bisa bertahan, tidak hancur, maka kita akan tumbuh menjadi seseorang
berkarakter laksana intan. Keras. Kokoh."
**Novel "Negeri Di Ujung Tanduk" Tere Liye
Orang-orang yang
sedang jatuh cinta memang cenderung menghubungkan satu dan hal lainnya.
Mencari-cari penjelasan yang membuat hatinya senang.
--Tere Liye, novel "Daun yang jatuh tak pernah
membenci angin"
“Daun yang jatuh tak
pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan,
mengikhlaskan semuanya.
Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah.
Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami,
pemahaman yang tulus.
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman
itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.”
--Tere Liye, novel "Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin"
Dulu, saya kira,
masalah hidup kita itu harus dihabisi, diperangi, diusir jauh2. Dan kita
berdiri gagah jadi pemenangnya.
Sekarang, tidak lagi, saya akan memutuskan menyayangi,
memeluk erat2 setiap masalah hidup ini.
Hidup ini bukan soal menang atau kalah. Hidup ini
sungguh soal kebahagiaan dan ketentraman hati. Dan orang2 bahagia, bahkan bisa
hidup damai bersama masalah hidupnya.
*Tere Liye
Jika kita mencari seseorang yang sempurna,
maka sampai kiamat, kita tidak akan memperolehnya.
Lebih baik fokus kepada: apakah seseorang itu mau terus
memperbaiki dirinya, dan bisa memberikan bukti kongkret dia memang
melakukannya.
*Tere Liye
Cinta sejati selalu
datang pada saat yang tepat, waktu yang tepat, dan tempat yang tepat. Ia tidak
pernah tersesat sepanjang kalian memiliki sesuatu. Apa sesuatu itu? Tentu saja
bukan GPS, alat pelacak, peta, satelit, dan sebagainya, sesuatu itu adalah
pemahaman yang baik bagaimana menjaga kehormatan perasaan dengan tidak
melanggar nilai2 agama.
--Tere Liye, separuh quote dari novel 'Kau, Aku &
Sepucuk Angpau Merah'.
“Cinta bukan sekedar
soal memaafkan. Cinta bukan sekedar soal menerima apa adanya. Cinta adalah
harga diri. Cinta adalah rasionalitas sempurna.
Jika kau memahami cinta adalah perasaan irrasional,
sesuatu yang tidak masuk akal, tidak butuh penjelasan, maka cepat atau lambat,
luka itu akan kembali menganga. Kau dengan mudah membenarkan apapun yang
terjadi di hati, tanpa tahu, tanpa memberikan kesempatan bahwa itu boleh jadi
karena kau tidak mampu mengendalikan perasaan tersebut. Tidak lebih, tidak
kurang.”
--Tere Liye, novel 'Sepotong Hati yg Baru'
“Tidak selalu yang
kau pikirkan itu benar. Tidak selalu yang kau sangkakan itu kebenaran. Kalau
kau tidak mengerti alasan sebenarnya bukan berarti semua jadi buruk dan salah
menurut versi kau sendiri.”
--Tere Liye, novel Eliana
“Itu benar, terkadang
bagi pasangan yang saling mencintai, kepergian salah satunya bisa berarti
kehilangan separuh jiwa—termasuk kehilangan separuh kesegaran fisik.”
--Tere Liye, novel "Ayahku bukan Pembohong".
Cinta tanpa komitmen
dan kepercayaan seperti meja tiga kaki kehilangan dua kakinya. Runtuh.
--Tere Liye; buku "sepotong hati yg baru"
Waktu selalu berbaik
hati mengobati kesedihan.
Jadi, kalau kita tidak tahu harus bagaimana lagi,
biarkan obat ini bekerja. Cobalah untuk survive, menunggu, cepat atau lambat
kesedihan itu akan pergi.
--Tere Liye, separuh quote dari "Sunset Bersama
Rosie"
Janganlah sekali-kali
kau membandingkan kehidupanmu dengan kehidupan orang lain. Menganggap orang
lebih bahagia atau kenapa hidup kita begitu nestapa. Kita tidak pernah tahu apa
yang telah mereka lalui dan perjuangkan untuk mencapai kehidupan mereka yang sekarang.
Karena itu, bersyukurlah dengan kehidupanmu yang sekarang.
--Tere Liye, novel "Rembulan tenggelam di
wajahmu"
Hatiku sedang rindu, maka aku salah bicara melulu, juga
lupa meletakkan barang di manalah, pun kadang tidak tahu, entahkah, ini tadi
saya mau melakukan apa?
*Tere Liye, "Cinta dari Pohon Linden"
“Kau tahu, hakikat
cinta adalah melepaskan. Semakin sejati ia, semakin tulus kau melepaskannya.
Percayalah, jika memang itu cinta sejati kau, tidak peduli aral melintang, ia
akan kembali sendiri padamu. Banyak sekali pecinta di dunia ini yang melupakan
kebijaksanaan sesederhana itu. Malah sebaliknya, berbual bilang cinta, namun
dia menggenggamnya erat-erat.”
--Tere Liye, novel 'Eliana'
“Barang hilang,
sungguh aneh perilakunya. Semakin dicari semkin tidak ketemu. Saat dilupakan,
diikhlaskan, malah muncul sendiri di depan mata.”
Nah, boleh jadi sama kasusnya dengan urusan perasaan.
Dipaksa2, dikejar2, malah tidak dapat. Ketika diikhlaskan, dilepaskan, besok
lusa malah kembali dengan sendirinya dan penuh cintanya.
--Tere Liye, separuh quote dari novel
"Eliana".
“Apalah namanya ini?
Disebut apakah perasaan ini? Kenapa hatiku macam sayuran lupa dikasih garam,
hambar, tidak enak, tidak nyaman? Atau seperti ada tumpukan batu besar di
dalamnya, bertumpuk-tumpuk, membuat sempit. Atau seperti ikan diambil
tulangnya, kehilangan semangat.”
--Tere Liye, novel "Kau, Aku & Sepucuk Angpau
Merah"
“Selamat pagi, bagiku
waktu selalu pagi. Diantara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi
adalah waktu paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun
menggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama
kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi,
berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi. Pagi, berarti satu
malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi ; malam-malam panjang,
gerakan tubuh resah, kerinduan, dan helaan napas tertahan.”
-- Tere Liye, novel "Sunset Bersama Rosie"
'Pintu hati' itu
tidak seperti pintu bendungan, yang kapanpun aman dibuka tutup, tidak merembes.
Dalam urusan perasaan, sekali pintu hati dibiarkan terbuka, maka susah payah
menutupnya kembali, tetap merembes, bahkan lubang bocornya jebol dimana2,
membahayakan seluruh bendungan.
Maka, jika kita belum siap, belum niat serius, maka
jangan suka membuka tutup pintu hati. Dan tentu saja, jangan mau digombalin
oleh orang yg terbiasa sekali membuka tutup pintu hatinya. Lah, pintu bendungan
dunia nyata saja hanya dalam kondisi tertentu dibuka tutup.
--Tere
Liye,
Bolehkah menyatakan
kerinduan? Perasaan kepada seseorang?
Tentu saja boleh. Tapi jika kita belum siap untuk mengikatkan
diri dalam hubungan yang serius, ikatan yang bahkan oleh negara pun diakui dan
dilindungi, maka sampaikanlah perasaan itu pada angin saat menerpa wajah, pada
tetes air hujan saat menatap keluar jendela, pada butir nasi saat menatap
piring, pada cicak di langit-langit kamar saat sendirian dan tak tahan lagi
hingga boleh jadi menangis.
Dan jangan lupa, sampaikanlah perasaan itu pada yang
maha menyayangi. Semoga semua kehormatan perasaan kita dibalas dengan sesuatu
yang lebih baik.
*repos
“Orang-orang yang
jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan oleh dirinya
sendiri. Ia tak kuasa lagi membedakan mana yang benar-benar nyata, mana yang
hasil kreasi hatinya yang sedang memendam rindu. Kejadian-kejadian kecil, cukup
sudah untuk membuatnya senang. Merasa seolah-olah itu kabar baik. Padahal saat
itu ia tahu kalau itu hanya bualan perasaannya, maka saat itulah hatinya akan
hancur berkeping-keping. Patah hati!”
--Buku 'Berjuta Rasanya', tere liye
“Kau tahu apa yang
bisa dengan segera membuat tampang kusutmu mencair seperi mentega lumer di
penggorengan, sebal di hati pergi seperti kotoran disapu air? Sederhana. Kau
rubah-rubah sikit saja hati kau. Sedikit saja, dari rasa dipaksa menjadi
sukarela, dari rasa terhina menjadi dibutuhkan, dari rasa disuruh-suruh menjadi
penerimaan. Seketika, wajah kau tak kusut lagi.”
--Tere Liye, novel "Kau, Aku & Sepucuk Angpau
Merah"
Tidak ada yang bisa
dilupakan, termasuk sekalipun kita memang tidak ingat lagi. Karena boleh jadi,
di sisi2 lain, hal tersebut tetap diingat hingga kapanpun.
Jika kita tidak bisa memahaminya dari sisi yang tidak
ingat lagi, maka cobalah dari sisi yang hingga kapanpun tetap mengingatnya.
Dengan demikian, semoga kita selalu bisa menghormati perasaan-perasaan yang
sempat bersinggungan dengan hidup kita.
*Tere Liye
Rasa sakit di hati
itu hanya ibarat kabut di pagi hari. Tunggulah matahari tiba, maka dia akan
hilang bersama siraman lembut cahayanya.
Rasa sakit di hati itu hanyalah ibarat kabut pagi.
Tidak pernah mengubah hakikat indahnya pagi. Bahkan
bagi yang senantiasa bersyukur, dia akan menari (meski sambil menangis) di
tengah kabut. Dan itu sungguh tarian indah. Tarian penerimaan.
*Tere Liye
Kadang, saat semua sudah tenang, sendirian, kita bisa menghela
nafas lega, berpikir rasional, lantas bilang: Cukup.
Tapi besoknya, saat situasinya kembali lagi, kita ternyata tetap disitu2 saja.
Terjebak kembali dalam masalah karena kita tidak berani mengambil keputusan.
Maka boleh jadi itulah yang terjadi: Secara mental dan emosional kita sudah
lelah sekali, tapi secara fisik, kita justeru masih memaksakan tersenyum.
* Darwis Tere Liye
2 komentar:
Kata Mutiara Tere Liye memang TOP BGT
emang keren Darwis Tere Liye Novelrw
Posting Komentar