WAHYU
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pengantar Studi Islam
Dosen Pengampu : Aang Kunaepi, M.Ag
Disusun Oleh :
Dedy Setiawan (133511040)
Lailin Uyun Munfaridah (133511052)
Fiyya Elmila (133511071)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-quran merupakan pedoman
hidup bagi
segenap manusia yang mengakui kebenarannya. Nabi Muhammad Saw sebagai nabi
terakhir yang dibekali dengan wahyu dalam bentuk al-quran, menyampaikan dan menyebarluaskan Al-quran kepada sahabat-sahabatnya, terus kepada
generasi-generasi selanjutnya sampai kemapa umat dalam konteks kekinian.
Sejak Al-quran diturunkan, sampai saat ini kita dapati
dalam cetakan-cetakan yang sangat teratur dan sistematis, begitu juga dengan
penulisannya dalam ukururan besar dan kecil, tentu tidak terjadi dengan proses
yang sederhana. Namun sebelumnya membutuhkan kerja keras para sahabat dan
generasi selanjutnya, sehingga lahirlah Al-quran dalam bentuk mushaf seperti sekarang ini. Di samping itu berbagai cabang ilmu,
yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lainnya,
muncul sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan sejarah Al-quran secara umum. Seiring dengan perjalanan waktu dalam kondisi
sekarang, sebagai pemerhati dan peduli terhadap eksistensi Al-quran, sepatutnya memahami esensi Al-quran dan ilmu yang berkaitan.
B.
Rumusan Masalah
1.
apa yang dimaksud dengan wahyu ?
2.
apa dan bagaimana cara iman kepada kitab Allah ?
3.
bagaimana identifikasi kitab Allah dalam prespektif Al-quran ?
4.
apa kedudukan Al-quran dan Al-quran sebagai mukjizat terbesar ?
5.
bagaimana manifestasi iman kepada kitab Allah ?
6.
apa yang dimaksud dengan As-sunah dan bagaimana kedudukannya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Wahyu
Secara bahasa, kata wahyu berasal dari kata Al-wahy
yang berarti tersembunyi dan cepat. Namun pengertian wahyu secara etimologi
tidak hanya itu saja, melainkan meliputi banyak arti yang meliputi:
1.
Ilham sebagai bawaan dasar manusia, seperti wahyu
terhadap ibu Nabi Musa As untuk menyusui,
tercantum dalam surat Al-qashas: 7.
2.
Ilham yang berupa naluri dari binatang, seperti lebah
membuat sarang di pohon, tercantum
dalam surat An-nahl: 68.
3.
Isyarat yang cepat melalui rumus dan kode, seperti
isyarat Zakaria yang diceritakan Al-qur`an, tercantum dalam surat Al-maryam: 11.
4.
Bisikan dan tipu daya setan untuk menjadikan yang
buruk kelihatan indah dalam diri manusia,
seperti dalam surat Al-an’am: 121.
5.
Apa yang disampaikan oleh allah swt berupa perintah
kepada malaikat untuk dikerjakan,
seperti dalam ayat Al-anfal: 12.
Sedangkan wahyu secara terminologi menurut Muhammad Abduh adalah pengetahuan
yang didapati seseorang dari dalam dirinya dengan disertai keyakinan
pengetahuan itu datang dari Allah, baik dengan melalui perantara atau tidak
ataupun melalui suara yang terjelma dalam telinganya atau tanpa suara sama
sekali.[1]
B.
Iman Kepada Kitab Suci
Allah menurunkan risalah berupa wahyu-wahyu kepada setiap Rosul
yang diutus untuk setiap umat manusia. Rosul-rosul yang menerima wahyu-wahyu
tersebut adalah manusia-manusia pilihan diantara kelompok-kelompok manusia
tertentu. Sesuatu yang diterima oleh para rosul itulah wahyu yang dinamakan
sukhuf atau kitab. Kitab itulah yang menjadi pedoman dan kamus atau
undang-undang untuk umat yang dipimpinnya.
Beriman kepada kitab Allah yaitu percaya bahwa Allah telah
menurunkan kitab kepada beberapa Rasulnya untuk menjadi pegangan dan pedoman
hidpnya guna mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Iman kepada kitab
Allah sama saja beriman kepada Rosul sebagai makhluk ciptaan Allah yang
menerima kitab tersebut, iman kepada Malaikat sebagai penyampai kitab tersebut
dan Allah yang menurunkan kitab tersebut. Dengan begitu ingkar kepada kitab
Allah berarti ingkar kepada Allah, Malaikat dan Rosul.[2]
Jumlah kitab yang diturunkan kepada Rosul tidak pernah disebut
jumlahnya dalam Al-quran, akan tetapi hanya disebut beberapa saja seperti yang
kita ketahui yaitu Taurot yang diturunkan kepada Nabi Musa, Zabur yang
diturunkan kepada Nabi Daud, Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa, dan Al-quran
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pada dasarnya semua kitab itu
memiliki pokok ajaran yang sama yaitu untuk meng-esakan Allah SWT. Namun untuk saat
ini kitab-kitab tersebut tidak lagi asli dikarenakan manusia telah menukar isinya
dan mereka telah mencampur adukkan dengan buah pikiran mereka sendiri, kecuali
Al-quran.[3]
Adapun fungsi dari beriman kepada Kitab-kitab Allah SWT,
yaitu :
1.
Mempertebal
keimanan kepada Allah SWT karena banyak hal-hal kehidupan manusia yang tidak
dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan dan akal manusia, maka kitab-kitab Allah
mampu menjawab permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan
manusia, baik yang nampak maupun yang ghaib.
2.
Memperkuat
keyakinan seseorang kepada tugas Nabi Muhammad SAW karena dengan meyakini
kitab-kitab Allah SWT maka akan percaya terhadap kebenaran Al-Qur’an dan ajaran
yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
3.
Menambah ilmu
pengetahuan. Karena di dalam kitab-kitab Allah, disamping berisi tentang
perintah dan larangan Allah, juga menjelaskan tentang pokok-pokok ilmu
pengetahuan untuk mendorong manusia mengembangkan dan memperluaskan wawasan
dengan perkembangan zaman.
4.
Menanamkan
sikap toleransi terhadap agama lain. Karena dengan beriman kepada kitab-kitab
Allah maka umat islam akan selalu menghormati dan menghargai orang lain.
C.
Identifikasi Kitab Allah dalam Perspektif Al-quran
Jumlah kitab yang diturunkan kepada Rosul tidak pernah disebut
jumlahnya dalam Al-quran, akan tetapi hanya disebut beberapa saja seperti yang
kita ketahui yaitu :
1.
Taurat
Allah SWT menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa As. dalam bahasa
Ibrani. Dalam Kitab Taurat ini terkandung hukum syarak dan keyakinan yang betul,
dan juga menerangkan bahwa seorang nabi akhir zaman (Muhammad SAW) akan lahir
dari keturunan Nabi Ismail As. Kitab Taurat yang asli tidak ditemui lagi pada
masa sekarang kerana isinya telah ditokok tambah oleh orang-orang yahudi. Firman Allah
tentang kitab Turat, yaitu :
!$¯RÎ) $uZø9tRr& sp1uöqG9$# $pkÏù Wèd ÖqçRur 4 ãNä3øts $pkÍ5 cqÎ;¨Y9$# tûïÏ%©!$# (#qßJn=ór& tûïÏ%©#Ï9 (#rß$yd tbqÏY»/§9$#ur â$t6ômF{$#ur $yJÎ/ (#qÝàÏÿósçGó$# `ÏB É=»tFÏ. «!$# (#qçR%2ur Ïmøn=tã uä!#ypkà 4 xsù (#âqt±÷s? }¨$¨Y9$# Èböqt±÷z$#ur wur (#rçtIô±n@ ÓÉL»t$t«Î/ $YYyJrO WxÎ=s% 4 `tBur óO©9 Oä3øts !$yJÎ/ tAtRr& ª!$# y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbrãÏÿ»s3ø9$# ÇÍÍÈ
Artinya
:
“sesungguhnya
kami telah menurunkan kitab taurat didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang
menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang yahudi oleh
nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang –orang alim mereka dan
pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab
Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut
kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar
ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. barang siapa yang tidak memutuskan
menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
kafir.” Qs. Al-maidah: 44
2.
Zabur
Allah SWT menurunkan kitab Zabur kepada Nabi Daud As dalam bahasa
Qibthi. Kitab Zabur tidak mengandungi hukum perundangan. Kandungannya hanya
mengenai perkhabaran, cerita, zikir, doa serta hikmah-hikmah. Oleh sebab itu
Nabi Daud tidak mempunyai syariat tersendiri, ia dan umatnya hanya mengikut
syariat yang dibawa oleh Nabi Musa As. Firman Allah tentang kitab Zabur,
yaitu:
y7/uur ÞOn=ôãr& `yJÎ/
Îû
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur 3 ôs)s9ur $uZù=Òsù
uÙ÷èt/ z`¿ÍhÎ;¨Y9$#
4n?tã
<Ù÷èt/
( $oY÷s?#uäur y¼ãr#y #Yqç/y ÇÎÎÈ
Artinya:
“Dan
Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan
sesungguhnya telah kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain),
dan kami berikan zabur kepada Daud.” Qs. Al-isra’: 55
3.
Injil
Allah SWT menurunkan kitab Injil kepada Nabi Isa As. dalam bahasa
Suryani. Diantara kandungannya yang utama ialah menyeru umat manusia agar meng-Esakan
Allah SWT. Kitab Injil juga memberitakan akan kelahiran seorang Nabi dan Rasul
diakhir zaman yaitu Nabi Muhammad SAW. Orang-orang Yahudi telah mengingkari
akan kebenaran Allah SWT, Mereka telah menghimpunkan kitab-kitab ini menjadi
satu yang diberi nama "Bible" kemudian mereka ubah isi
kandungannya mengikut kehendak hati mereka agar berkesesuaian dengan kehidupan
mereka seharian. Bible ini terbagi menjadi dua bahagian, yaitu bahagian Taurat
dinamakan Perjanjian Lama (Old Testament). Kedua bahagia Injil dinamakan Perjanjian
baru (New Testament). Firman Allah tentang kitab Injil, yaitu:
$uZø¤ÿs%ur #n?tã NÏdÌ»rO#uä Ó|¤ÏèÎ/ Èûøó$# zNtótB $]%Ïd|ÁãB $yJÏj9 tû÷üt/ Ïm÷yt z`ÏB Ïp1uöqG9$# (
çm»oY÷s?#uäur @ÅgUM}$# ÏmÏù Wèd ÖqçRur $]%Ïd|ÁãBur $yJÏj9 tû÷üt/ Ïm÷yt z`ÏB Ïp1uöqG9$#
Yèdur ZpsàÏãöqtBur tûüÉ)GßJù=Ïj9 ÇÍÏÈ
Artinya:
“dan kami
iringkan jejak mereka (Nabi-nabi Bani Israil) dengan ‘Isa putera Maryam,
membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. dan kami telah
memberikan kepadanya kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya
(yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu kitab Taurat.
dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.” Qs.
Al-maidah: 46
4.
Al-quran
Kitab suci Al Quran adalah sebuah kitab yang telah diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW Al Quran diturunkan dalam bahasa Arab. Di dalam Al Quran
mengandungi hukum-hukum serta peraturan yang lengkap meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia, untuk mencapai kemakmuran hidup di dunia maupun untuk
kebahagiaan hidup di akhirat. Ajaran yang disampaikan di dalam Al Quran untuk
seluruh umat manusia di bumi ini. Ajaran yang termuat di dalam Al Quran lengkap
dan sempurna, tidak akan berubah dan kekal selama-lamanya bahkan tetap
dipelihara oleh Allah SWT. Firman Allah tentang kitab Al-quran,
yaitu:
$¯RÎ)
ß`øtwU
$uZø9¨tR tø.Ïe%!$#
$¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm:
ÇÒÈ
Artinya:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-quran, dan sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya.” Qs. Al-hijr: 9
D.
Al-quran dan Sejarah Turunnya
Al-quran
adalah kitab suci umat Islam. Bagi Muslim, Al-quran merupakan
firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril
dengan lafal dan maknanya. Di dalamnya terkandung petunjuk dan pedoman bagi
umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun akhirat. Secara
etimologi Al-quran berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qira’atan, wa
qur’anan yang berarti “bacaan” atau “yang dibaca”. Pengertian
tersebut sejalan dengan firman Allah dalam Al-quran surah Al
qiyamah: 18
#sÎ*sù
çm»tRù&ts% ôìÎ7¨?$$sù
¼çmtR#uäöè%
ÇÊÑÈ
Artinya:
“apabila
Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.”
Sedangkan secara etimologi al-quran banyak dikemukakan oleh para
ulama, diantaranya, yaitu:
1.
Ali Al-Shabuni dalam
at tibyan fi ulum al-quran mengatakan bahwa Al-quran adalah kalam Allah yang
bersifat mujizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat
Jibril dengan lafadz dan maknanya dari Allah SWT yang dinukilkan secara
mutawattir, membacanya merupakan ibadah.
2.
menurut Dr. Subhi Al-Shalih dalam kitabnya mabahits fi ulum
al-quran yang disepakati oleh ahli bahasa, ahli kalam, ahli fikih, dan ushul
fikih yaitu Al-quran adalah firman Allah
yang berfungsi sebagai mujizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
tertulis dalam mushaf-mushaf yang diriwayatkan secara nutawattir dan membacanya
merupakan ibadah.[4]
Jadi, Al-quran adalah firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad melalui Malaikat Jibril secara mutawattir (berangsur-angsur) baik
lafadz maupun maknanya yang membacanya merupakan ibadah.
Al-quran mempunyai
114 surat, dengan surat terpanjang terdiri atas 286 ayat, yaitu Al Baqarah, dan
terpendek terdiri dari 3 ayat, yaitu Al-’Ashr, Al-Kautsar, dan An-Nashr. Sebagian
ulama menyatakan jumlah ayat di Al-quran adalah
6.236, sebagian lagi menyatakan 6.666. Perbedaan jumlah ayat ini disebabkan
karena perbedaan pandangan tentang kalimat Basmalah pada setiap awal surat
(kecuali At-Taubah), kemudian tentang kata-kata pembuka surat yang terdiri dari
susunan huruf-huruf seperti Yaa Siin, Alif Lam Miim, Ha Mim dll. Ada yang
memasukkannya sebagai ayat, ada yang tidak mengikutsertakannya sebagai ayat.
Ayat Al-Qur’an yang pertama diterima Nabi Muhammad SAW adalah 5
ayat pertama surat Al-’Alaq, ketika ia sedang berkhalwat di Gua Hira, sebuah
gua yang terletak di pegunungan sekitar kota Mekah, pada tanggal 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran
Nabi, sampai 9 Dzulhijjah Haji Wada` tahun tahun 63 dari kelahiran Nabi atau
tahun 10 H, tetapi pada dasarnya Allah menurunkan Al-quran kepada Rasul kita
Muhammad SAW melalui tiga tahapan yaitu:
Pertama, Al-quran turun secara sekaligus dari Allah ke lauh
al-mahfuzh, yaitu suatu tempat yang merupakan catatan tentang segala
ketentuan dan kepastian Allah. Proses pertama ini diisyaratkan dalam
Qs. Al-buruj (85) ayat 21–22.
Kedua, Al-quran
diturunkan dari lauh al-mahfuzh itu ke bait al-izzah (tempat yang
berada di langit dunia). Proses kedua ini diisyaratkan Allah dalam
surat Al-qadar (97) ayat 1, “sungguhnya kami telah menurunkannya (Al-quran)
pada malam kemuliaan.”
Ketiga, Al-quran diturunkan dari bait al-izzah kepada
nabi dengan jalan berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Adakalanya satu
ayat, dua ayat dan bahkan kadang-kadang satu surat. Mengenai proses turun dalam
tahap ketiga diisyaratkan dalam Qs. Ay-syura’ (26) ayat 193–195.
E.
Kedudukan Al-quran dan Al-quran sebagai Mujizat Terbesar
Al-quran adalah kitab suci terlengkap yang diperuntukkan bagi
seluruh umat di dunia, khususnya umat muslim. Oleh karena itu, Al-quran
memiliki peranan dan kedudukan penting dalam kehidupan manusia.
Kedudukan-kedudukan tersebut yaitu:
1.
Minhajul Hayah (pedoman hidup)
Allah memerintahkan manusia menerima Al-quran dengan tidak
ragu-ragu, dan meyakini kebenarannya sebagai petunjuk dan pedoman hidup, karena
dari al quran itulah bersumber segala macam aturan tentang hal-hal yang harus
dijadikan pandangan hidup bagi seluruh umat dalam memecahkan setiap persoalan.[5]
2.
Kitabul Hukmi wa Syariat (Kitab hukum syariat)
Telah ada kesepakatan di kalangan umat islam bahwa al quran juga
merupakan sumber hukum yang paling utama, karena memang di dalamnya berisi
hukum-hukum syariat yang harus dijalankan untuk mewujudkan kemashalatan hidup
manusia di dunia dan akhirat.
3.
Kitabul Naba wal Akhbar (Kitab berita dan kabar)
Dalam Al-quran terdapat kabar berita tentang masa depan yaitu
Yaumul Akhir, dan juga cerita-cerita masa lampau, Berita-berita tentang masa
lalu dapat digunakan sebagai ibrah, sedangkan berita tentang masa depan
merupakan peringatan dan mendorong untuk lebih giat dalam upaya mendekatkan
diri kepada Allah SWT.
4.
Kitabul Tarbiyah (Kitab Tarbiyah)
Al-quran mendidik jiwa-jiwa manusia menjadi jiwa-jiwa yang
mempunyai kemuliaan diri, mandiri, bebas dari penghambaan sesame makhluk,
bermasyarakat, beradab dan tahu nilai-nilai murni sebagai manusia yang berperan
sebagai khairu ummah.
5.
I’jaz Ilmi
Al-quran merupakan I’jaz ilmi karena ia menempatkan manusia
ditengah etos ilmu dan membuka pintu-pintunya untuk mengkaji ilmu di dalamnnya
banyak sekali hal-hal mengenai ilmu pengetahuan yang buktinya sudah bisa
diungkapkan sebagai pembelajaran lebih lanjut bagi manusia.[6]
Selain memiliki peranan dan kedudukan penting dalam kehidupan
manusia, Al-quran juga merupakan salah satu mukjizat yang diturunkan oleh Allah
SWT kepada nabi Muhammad SAW. Bahkan Al-quran merupakan mukjizat terbesar yang
diterima oleh nabi Muhammad. Disebut sebagai mukjizat terbesar dikarenakan al-quran
merupakan hal yang luar biasa dan sangat berbeda dengan mukjizat-mukjizat
lainnya. Al-quran merupakan sesuatu yang tidak akan pernah berubah sampai
kapanpun. Apa yang terkandung di dalamnya akan tetap sama seperti pertama kali
diturunkan, tidak berubah sedikitpun seperti kalanya kitab-kitab yang turun
sebelum al-quran.
Sebagai sesuatu yang amat luar biasa tentu al-quran juga tidak
dapat ditandingi oleh siapapun perihal kandungan, isi, ketelitian, bahkan keindahan susunan dan gaya bahasanya. Manusia
dan yang lainnya tidak akan pernah sanggup membuat hal yang serupa dengan al-quran.
Seperti telah ditegaskan Allah SWT dalam firmannya pada surah al-Isra: 88.[7]
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur #n?tã br& (#qè?ù't È@÷VÏJÎ/ #x»yd Èb#uäöà)ø9$# w
tbqè?ù't ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur c%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZÎgsß ÇÑÑÈ
Artinya:
“Katakanlah: Sesungguhnya
jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian
mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".
Hal yang semakin meyakinkan bahwa Al-quran merupakan mukjizat
terbesar adalah bahwa segala apa yang terdapat dalam Al-quran itu benar adanya,
tidak ada keraguan sedikitpun tentang apa yang dipaparkannya. Misalnya tentang
hasil-hasil penemuan terkait ilmu pengetahuan, sebenarnya sudah terdapat dalam Al-quran
sejak berabad-abad lalu. Hanya saja manusia baru dapat menemukan kebenaran itu
pada masa-masa ini. Bukan hanya itu, di dalam Al-quran juga telah diceritakan
tentang sesuatu yang akan datang seperti hari kiyamat sebagai hari pembalasan.
Itulah kiranya mengapa Al-quran disebut sebagai mukjizat yang paling besar.[8]
F.
Manifestasi Iman Kepada Kitab Allah
1.
Mengimani bahwa kiatab-kitab tesebut benar-benar turun
dari Allah SWT.
2.
Membenarkan berita-berita yang terdapat dalam
kitab-kitab tersebut. Seperti berita-berita dalam Al-quran, dan berita-berita
dalam kitab-kitab sebelumnya yang belum mengalami perubahan dan penyimpangan.
3.
Mengamalkan hukum-hukum dalam kitab-kitab tersebut
dengan penuh ridha dan penerimaan.
4.
Sebagai pedoman hidup manusia.
G.
As-Sunnah dan Kedudukannya
Menurut
bahasa, As-sunah berarti jalan hidup yang dilalui atau yang dijalani, atau
sesuatu yang sudah dibiasakan. Pengertian ini didasarkan pada Hadist Nabi
Muhammad SAW yang atrinya: “Barang siapa membuat Sunah yang terpuji, maka
baginya pahala Sunah tersebut dan pahala bagi orang yang menggunakannya, dan
barang siapa yang membuat Sunah yang buruk, maka dia mendapat dosa Sunah yang
buruk itu dan dosa orang yang mengamalkannya hingga hari kiamat. ”[9]
Dilihat dari segi bentuknya sunnah ada yang berbentuk perkataan,
perbuatan dan persetujuan. Sunnah dalam bentuk perkataan adalah sabda nabi yang
diucapkan dalam berbagai kesempatan yang berkaitan dengan penetapan hukum.
Sunnah dalam bentuk perbuatan adalah tindakan-tindakan nabi Muhammad dalam
berbagai urusan, baik yang berkaitan dengan ibadah maupun yang lainnya seperti
halnya berkaitan dengan praktik sholat, manasik haji dan sebagainya. Adapun
sunnah dalam bentuk taqrir adalah sikap atau respon rosulullah SAW
terhadap berbagai perbuatan yang dilakukan sebagian sahabat dengan cara tidak
melarang atau memerintahkannya, disertai indikasi adanya kerelaan atau
memperlihatkan pujian atau dukungan.
Umat islam telah mengakui bahwa sunnah nabi dipakai sebagai pedoman
hidup yang utama setelah Al-quran. Ajaran-ajaran islam yang tidak ditegaskan
ketentuan hukumnya, tidak dirinci menurut petunjuk dalil yang masih utuh, tidak
diterangkan cara pengamalannya dan atau dikhususkan menurut petunjuk ayat yang
masih mutlak tentang Al-quran, hendaknya dicarikan penyelesaian dalam As-sunnah.[10]
Tingkatan atau kedudukan as-Sunnah berada di bawah tingkatan Al-quran
karena as-Sunnah diterima secara dzanni berbeda dengan Al-quran yang diterima
secara qath’I (meyakinkan). Kemudian adakalanyaq as Sunnah menerangkan sesuatu
yang bersifat global dalam Al-quran, memberi komentar terhadap Al-quran dan
membicarakan sesuatu yang belum dibicarakan dalam Al-quran.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara bahasa, kata wahyu berasal dari kata Al-wahy
yang berarti tersembunyi dan cepat. Sedangkan wahyu secara terminologi menurut
Muhammad Abduh adalah pengetahuan yang didapati seseorang dari dalam dirinya
dengan disertai keyakinan pengetahuan itu datang dari Allah, baik dengan
melalui perantara atau tidak ataupun melalui suara yang terjelma dalam
telinganya atau tanpa suara sama sekali.
Beriman kepada kitab Allah yaitu percaya bahwa Allah telah
menurunkan kitab kepada beberapa Rasulnya untuk menjadi pegangan dan pedoman
hidpnya guna mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Iman kepada kitab
Allah sama saja beriman kepada Rosul sebagai makhluk ciptaan Allah yang
menerima kitab tersebut, iman kepada Malaikat sebagai penyampai kitab tersebut
dan Allah yang menurunkan kitab tersebut.
Jumlah kitab yang diturunkan kepada Rosul tidak pernah disebut
jumlahnya dalam Al-quran, akan tetapi hanya disebut beberapa saja seperti yang
kita ketahui yaitu Taurot yang diturunkan kepada Nabi Musa, Zabur yang diturunkan
kepada Nabi Daud, Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa, dan Al-quran yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pada dasarnya semua kitab itu memiliki
pokok ajaran yang sama yaitu untuk
meng-esakan Allah SWT.
Al-quran adalah firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
melalui Malaikat Jibril secara mutawattir (berangsur-angsur) baik lafadz maupun
maknanya yang membacanya merupakan ibadah. Al-quran memiliki peranan dan
kedudukan penting dalam kehidupan manusia. Kedudukan-kedudukan tersebut yaitu:
sebagai Minhajul Hayah (pedoman hidup), Kitabul Hukmi wa Syariat (Kitab hukum
syariat), Kitabul Naba wal Akhbar (Kitab berita dan kabar), Kitabul Tarbiyah
(Kitab Tarbiyah), dan I’jaz Ilmi.
B.
Saran
Demikianlah makalah ini penulis paparkan,
penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan
dan kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun,
guna meyempurnakan dalam penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Amin Demikianlah makalah ini penulis paparkan, penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun,
guna meyempurnakan dalam penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon,
Pengantar Studi islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009
Hadiri, Choiruddin, Klasifikasi Kandungan Al-quran, Jakarta:
Gema Insani, 2005
Ichwan, Muhammad Nor, Belajar Al quran, Semarang: Rasail,
2005
Nata, Abuddin,
Studi Islam Komprehensif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011
Qattan, Manna’ Khalil, Studi Ilmu-ilmu Quran, Bogor: Pustaka
Litera Antar Nusa, 2013
Razzak, Nasrudin,
Dienul Islam Cet.20,Bandung:PT Almaarif, Tth
Shihab, M. Quraish, Mukjizat al-Quran: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan
Pemberitaan Gaib edisi.2, cet.2, Bandung: Mizan Pustaka, 2013
Zuhdi, Masjfuk,
Studi Islam Jilid 1, Jakarta: Rajawali, 1998
http://nasiroh-ilmu.blogspot.com/2011/01/fungi-dan-kedudukan-al-quran.html diakses tanggal 10 mei 2014
[1] Manna’ Khalil
Qattan, Studi Ilmu-ilmu Quran, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2013),
hlm. 32
[2] Masjfuk Zuhdi,
Studi Islam Jilid 1, (Jakarta: Rajawali, 1998) hlm. 43
[3] Nasrudin Razzak,
Dienul Islam Cet.20,(Bandung:PT Almaarif, Tth) Hlm. 197
[4] Muhammad Nor
Ichwan, Belajar Al quran, (Semarang: Rasail, 2005), hlm. 36
[5] Rosihon Anwar,
dkk, Pengantar Studi islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 170
[6] http://nasiroh-ilmu.blogspot.com/2011/01/fungi-dan-kedudukan-al-quran.html diakses tanggal 10 mei 2014.
[7] Nasrudin
Razak, Dienul Islam, cet.20, hlm. 128
[8]M. Quraish
Shihab, Mukjizat al-Quran: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah,
dan Pemberitaan Gaib edisi.2, cet.2
(Bandung: Mizan Pustaka, 2013), hlm. 25
[9] Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2011) hlm. 36
[10] Rosihon Anwar, dkk, Pengantar Studi Islam, hlm. 189-191
0 komentar:
Posting Komentar