Selasa, 09 Desember 2014

RESENSI BUKU


Kyai dan Pesantren, Tidak Harus Satu Paket


Judul Buku     :  Kyai Tanpa Pesantren (Potret Kyai Kudus)
Penulis            : Prof. H. Abdurrahman Mas’ud, Ph. D.
Co-author       :  M. Rikza Chamami, M.S.I.
                          Khasan Ubaidillah, M.Pd.I
Penerbit          : Gama Media
Cetakan           : Pertama, Oktober 2013
Tebal Buku     : xxiv + 124 Halaman
Ukuran Buku  : 15 x 21 cm
Resensator       : Lailin Uyun Munfaridah

Kyai, sebagai sosok yang dalam kehidupan bermasyarakat sangat dihormati adalah sosok yang memiliki kapasitas keilmuan tinggi dalam bidang keagamaan. Hal inilah yang kemudian menjadikan para kyai sebagai tumpuan dalam berbagai hal terkait keagamaan maupun sosial kemasyarakatan.. Selanjutnya keberadaan kyai biasanya identik dengan adanya pesantren yang berada dibawah asuhannya. Nama besar kyai muncul seiring besarnya nama pesantren. Namun hal itu tidak selalu berlaku untuk daerah yang menjadi pusat perkembangan keagamaan. Seperti yang dijabarkan oleh prof. H.Abdurrahman Mas’ud Ph.D bersama M. Rikza Chamami, M.S.I. dan Khasan Ubaidillah, M.Pd.I dalam buku Kyai tanpa Pesantren (Potret Kyai Kudus) ini . Buku ini mengulas tentang beberapa kyai di Kudus yang mempunyai peran penting dalam kehidupan masyrakat namun tidak mengasuh sebuah pesantren. Walaupun para kyai tersebut sebelumnya pernah mengenyam pendidikan di pesantren.
Sejatinya meskipun para kyai tidak mengasuh sebuah pesantren, para kyai tetap memiliki kontribusi signifikan dikalangan masyarakat yaitu: kyai sebagai imam sholat, kyai sebagai guru ngaji, kyai sebagai tempat bertanya soal hukum agama dan kyai sebagai tabib. Hal ini menunjukkan bahwa tidak selalu pesantren menjadi satu-satunya wadah untuk membentuk masyarakat yang shalih, berkualitas dan beradab. Sehingga tidak harus seorang kyai itu satu paket dengan pesantren. Hal ini kemudian dibuktikan dengan biografi para kyai tanpa pesantren yang dikemukakan penulis.
Dalam buku Kyai Tanpa Pesantren ini, penulis telah mengemukakan secara gamblang terkait peran penting para kyai tanpa pesantren dalam kehidupan masyarakat. Sistematika penulisan yang runtut dan gaya bahasa yang tidak terlalu sulit menjadikan para pembaca akan mudah memahami seperti apa hakikat sebenarnya seorang kyai itu. Kemudian kisah para kyai yang tertuang dalam biografi mereka menjadi pelengkap yang semakin apik dalam mengemas buku ini.
Akhirnya, buku ini menjadi cocok untuk dibaca bagi kalangan masyarakat manapun yang ingin mengetahui lebih dalam terkait dengan peran penting para kyai. Kemudian peran dan kontribusi itulah yang selanjutnya dapat dijadikan panutan dalam menjalani kehidupan sosial kemasyarakatan sehingga tercipta kehidupan bermasyarakat yang aman dan tenteram.