Selasa, 28 Januari 2014

Kata Mutiara TERE LIYE


                                    KATA MUTIARA TERE LIYE

*      “Aku harus segera menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap kali kerinduan itu muncul. Berat sekali melakukannya, karena itu berarti aku harus menikam hatiku setiap detik.”

--Tere Liye, novel "Sunset Bersama Rosie"

*      “Kau tahu, Nak, sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal, yaitu, suhu dan tekanan yang tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya, maka jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia justeru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal harganya.

“Sama halnya dengan kehidupan, seluruh kejadian menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasannya, jika kita bisa bertahan, tidak hancur, maka kita akan tumbuh menjadi seseorang berkarakter laksana intan. Keras. Kokoh."

**Novel "Negeri Di Ujung Tanduk" Tere Liye

*      Orang-orang yang sedang jatuh cinta memang cenderung menghubungkan satu dan hal lainnya. Mencari-cari penjelasan yang membuat hatinya senang.

--Tere Liye, novel "Daun yang jatuh tak pernah membenci angin"

*      “Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.

Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.

Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.”

--Tere Liye, novel "Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin"

*      Dulu, saya kira, masalah hidup kita itu harus dihabisi, diperangi, diusir jauh2. Dan kita berdiri gagah jadi pemenangnya.

Sekarang, tidak lagi, saya akan memutuskan menyayangi, memeluk erat2 setiap masalah hidup ini.

Hidup ini bukan soal menang atau kalah. Hidup ini sungguh soal kebahagiaan dan ketentraman hati. Dan orang2 bahagia, bahkan bisa hidup damai bersama masalah hidupnya.

*Tere Liye

*      Jika kita mencari seseorang yang sempurna, maka sampai kiamat, kita tidak akan memperolehnya.

Lebih baik fokus kepada: apakah seseorang itu mau terus memperbaiki dirinya, dan bisa memberikan bukti kongkret dia memang melakukannya.

*Tere Liye

*      Cinta sejati selalu datang pada saat yang tepat, waktu yang tepat, dan tempat yang tepat. Ia tidak pernah tersesat sepanjang kalian memiliki sesuatu. Apa sesuatu itu? Tentu saja bukan GPS, alat pelacak, peta, satelit, dan sebagainya, sesuatu itu adalah pemahaman yang baik bagaimana menjaga kehormatan perasaan dengan tidak melanggar nilai2 agama.

--Tere Liye, separuh quote dari novel 'Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah'.

*      “Cinta bukan sekedar soal memaafkan. Cinta bukan sekedar soal menerima apa adanya. Cinta adalah harga diri. Cinta adalah rasionalitas sempurna.

Jika kau memahami cinta adalah perasaan irrasional, sesuatu yang tidak masuk akal, tidak butuh penjelasan, maka cepat atau lambat, luka itu akan kembali menganga. Kau dengan mudah membenarkan apapun yang terjadi di hati, tanpa tahu, tanpa memberikan kesempatan bahwa itu boleh jadi karena kau tidak mampu mengendalikan perasaan tersebut. Tidak lebih, tidak kurang.”

--Tere Liye, novel 'Sepotong Hati yg Baru'

*      “Tidak selalu yang kau pikirkan itu benar. Tidak selalu yang kau sangkakan itu kebenaran. Kalau kau tidak mengerti alasan sebenarnya bukan berarti semua jadi buruk dan salah menurut versi kau sendiri.”

--Tere Liye, novel Eliana

*      “Itu benar, terkadang bagi pasangan yang saling mencintai, kepergian salah satunya bisa berarti kehilangan separuh jiwa—termasuk kehilangan separuh kesegaran fisik.”

--Tere Liye, novel "Ayahku bukan Pembohong".

*      Cinta tanpa komitmen dan kepercayaan seperti meja tiga kaki kehilangan dua kakinya. Runtuh.

--Tere Liye; buku "sepotong hati yg baru"

*      Waktu selalu berbaik hati mengobati kesedihan.

Jadi, kalau kita tidak tahu harus bagaimana lagi, biarkan obat ini bekerja. Cobalah untuk survive, menunggu, cepat atau lambat kesedihan itu akan pergi.

--Tere Liye, separuh quote dari "Sunset Bersama Rosie"

*      Janganlah sekali-kali kau membandingkan kehidupanmu dengan kehidupan orang lain. Menganggap orang lebih bahagia atau kenapa hidup kita begitu nestapa. Kita tidak pernah tahu apa yang telah mereka lalui dan perjuangkan untuk mencapai kehidupan mereka yang sekarang. Karena itu, bersyukurlah dengan kehidupanmu yang sekarang.

--Tere Liye, novel "Rembulan tenggelam di wajahmu"

*      Hatiku sedang rindu, maka aku salah bicara melulu, juga lupa meletakkan barang di manalah, pun kadang tidak tahu, entahkah, ini tadi saya mau melakukan apa?

*Tere Liye, "Cinta dari Pohon Linden"

*      “Kau tahu, hakikat cinta adalah melepaskan. Semakin sejati ia, semakin tulus kau melepaskannya. Percayalah, jika memang itu cinta sejati kau, tidak peduli aral melintang, ia akan kembali sendiri padamu. Banyak sekali pecinta di dunia ini yang melupakan kebijaksanaan sesederhana itu. Malah sebaliknya, berbual bilang cinta, namun dia menggenggamnya erat-erat.”

--Tere Liye, novel 'Eliana'

*      “Barang hilang, sungguh aneh perilakunya. Semakin dicari semkin tidak ketemu. Saat dilupakan, diikhlaskan, malah muncul sendiri di depan mata.”

Nah, boleh jadi sama kasusnya dengan urusan perasaan. Dipaksa2, dikejar2, malah tidak dapat. Ketika diikhlaskan, dilepaskan, besok lusa malah kembali dengan sendirinya dan penuh cintanya.

--Tere Liye, separuh quote dari novel "Eliana".

*      “Apalah namanya ini? Disebut apakah perasaan ini? Kenapa hatiku macam sayuran lupa dikasih garam, hambar, tidak enak, tidak nyaman? Atau seperti ada tumpukan batu besar di dalamnya, bertumpuk-tumpuk, membuat sempit. Atau seperti ikan diambil tulangnya, kehilangan semangat.”

--Tere Liye, novel "Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah"

*      “Selamat pagi, bagiku waktu selalu pagi. Diantara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi. Pagi, berarti satu malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi ; malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan, dan helaan napas tertahan.”

-- Tere Liye, novel "Sunset Bersama Rosie"

*      'Pintu hati' itu tidak seperti pintu bendungan, yang kapanpun aman dibuka tutup, tidak merembes. Dalam urusan perasaan, sekali pintu hati dibiarkan terbuka, maka susah payah menutupnya kembali, tetap merembes, bahkan lubang bocornya jebol dimana2, membahayakan seluruh bendungan.

Maka, jika kita belum siap, belum niat serius, maka jangan suka membuka tutup pintu hati. Dan tentu saja, jangan mau digombalin oleh orang yg terbiasa sekali membuka tutup pintu hatinya. Lah, pintu bendungan dunia nyata saja hanya dalam kondisi tertentu dibuka tutup.

--Tere Liye,

*      Bolehkah menyatakan kerinduan? Perasaan kepada seseorang?

Tentu saja boleh. Tapi jika kita belum siap untuk mengikatkan diri dalam hubungan yang serius, ikatan yang bahkan oleh negara pun diakui dan dilindungi, maka sampaikanlah perasaan itu pada angin saat menerpa wajah, pada tetes air hujan saat menatap keluar jendela, pada butir nasi saat menatap piring, pada cicak di langit-langit kamar saat sendirian dan tak tahan lagi hingga boleh jadi menangis.

Dan jangan lupa, sampaikanlah perasaan itu pada yang maha menyayangi. Semoga semua kehormatan perasaan kita dibalas dengan sesuatu yang lebih baik.

*repos
*      “Orang-orang yang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan oleh dirinya sendiri. Ia tak kuasa lagi membedakan mana yang benar-benar nyata, mana yang hasil kreasi hatinya yang sedang memendam rindu. Kejadian-kejadian kecil, cukup sudah untuk membuatnya senang. Merasa seolah-olah itu kabar baik. Padahal saat itu ia tahu kalau itu hanya bualan perasaannya, maka saat itulah hatinya akan hancur berkeping-keping. Patah hati!”

--Buku 'Berjuta Rasanya', tere liye

*      “Kau tahu apa yang bisa dengan segera membuat tampang kusutmu mencair seperi mentega lumer di penggorengan, sebal di hati pergi seperti kotoran disapu air? Sederhana. Kau rubah-rubah sikit saja hati kau. Sedikit saja, dari rasa dipaksa menjadi sukarela, dari rasa terhina menjadi dibutuhkan, dari rasa disuruh-suruh menjadi penerimaan. Seketika, wajah kau tak kusut lagi.”

--Tere Liye, novel "Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah"

*      Tidak ada yang bisa dilupakan, termasuk sekalipun kita memang tidak ingat lagi. Karena boleh jadi, di sisi2 lain, hal tersebut tetap diingat hingga kapanpun.

Jika kita tidak bisa memahaminya dari sisi yang tidak ingat lagi, maka cobalah dari sisi yang hingga kapanpun tetap mengingatnya. Dengan demikian, semoga kita selalu bisa menghormati perasaan-perasaan yang sempat bersinggungan dengan hidup kita.

*Tere Liye

*      Rasa sakit di hati itu hanya ibarat kabut di pagi hari. Tunggulah matahari tiba, maka dia akan hilang bersama siraman lembut cahayanya.

Rasa sakit di hati itu hanyalah ibarat kabut pagi.

Tidak pernah mengubah hakikat indahnya pagi. Bahkan bagi yang senantiasa bersyukur, dia akan menari (meski sambil menangis) di tengah kabut. Dan itu sungguh tarian indah. Tarian penerimaan.

*Tere Liye

*      Kadang, saat semua sudah tenang, sendirian, kita bisa menghela nafas lega, berpikir rasional, lantas bilang: Cukup.

Tapi besoknya, saat situasinya kembali lagi, kita ternyata tetap disitu2 saja. Terjebak kembali dalam masalah karena kita tidak berani mengambil keputusan. Maka boleh jadi itulah yang terjadi: Secara mental dan emosional kita sudah lelah sekali, tapi secara fisik, kita justeru masih memaksakan tersenyum.

* Darwis Tere Liye


Jumat, 17 Januari 2014

Penjelasan Mengenai Rebo Wekasan


Penjelasan Mengenai Rebo Wekasan

Bulan Shafar  adalah bulan kedua dalam penanggalan hijriyah Islam. Sebagaimana bulan lainnya, ia merupakan bulan dari bulan-bulan Allah yang  tidak memiliki kehendak dan  berjalan sesuai dengan apa yang Allah ciptakan untuknya. Masyarakat jahiliyah kuno, termasuk bangsa Arab, sering mengatakan bahwa bulan Shafar adalah bulan sial. Tasa'um (anggapan sial) ini telah terkenal pada umat jahiliah dan sisa-sisanya masih ada di kalangkan muslimin hingga saat ini.

Abu Hurairah berkata, bersabda Rasulullah:
"Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa." (H.R. Imam al-Bukhari dan Muslim).

Empat hal sebagaimana dinyatakan dalam hadits di atas itulah yang ditiadakan oleh Rasulullah dan ini menunjukkan akan wajibnya bertawakal kepada Allah, memiliki tekad yang benar, agar orang yang kecewa tidak melemah di hadapkan pada perkara-perkara tersebut. Bila seorang muslim pikirannya disibukkan dengan perkara-perkara tersebut, maka tidak terlepas dari dua keadaan.

Pertama: menuruti perasaan sialnya itu dengan mendahulukan atau meresponsnya, maka ketika itu dia telah menggantungkan perbuatannya dengan sesuatu yang tidak ada hakikatnya. 

Kedua: tidak menuruti perasaan sial itu dengan melanjutkan aktivitasnya dan tidak memedulikan, tetapi dalam hatinya membayang perasaan gundah atau waswas. Meskipun ini lebih ringan dari yang pertama, tetapi seharusnya tidak menuruti perasaan itu sama sekali dan hendaknya bersandar hanya kepada Allah.

Penolakan akan ke empat hal di atas bukanlah menolak keberadaannya, karena kenyataanya hal itu memang ada. Sebenarnya yang ditolak adalah pengaruhnya. Allah-lah yang memberi pengaruh. Selama sebabnya adalah sesuatu yang dimaklumi, maka sebab itu adalah benar. Tapi bila sebabnya adalah sesuatu yang hanya ilusi, maka sebab tersebut salah.

Muktamar NU ke-3 menjawab pertanyaan “bolehkah berkeyakinan terhadap hari naas, misalnya hari ketiga atau hari keempat pada tiap-tiap bulan, sebagaimana tercantum dalam kitab Lathaiful Akbar” memilih pendapat yang tidak mempercayai hari naas dengan mengutip pandangan Syekh Ibnu Hajar al-Haitamy dalam Al-Fatawa al-Haditsiyah berikut:
“Barangsiapa bertanya tentang hari sial dan sebagainya untuk diikuti bukan untuk ditinggalkan dan memilih apa yang harus dikerjakan serta mengetahui keburukannya, semua itu merupakan perilaku orang Yahudi dan bukan petunjuk orang Islam yang bertawakal kepada Sang Maha Penciptanya, tidak berdasarkan hitung-hitungan dan terhadap Tuhannya selalu bertawakal. Dan apa yang dikutip tentang hari-hari nestapa dari sahabat Ali kw. Adalah batil dan dusta serta tidak ada dasarnya sama sekali, maka berhati-hatilah dari semua itu” (Ahkamul Fuqaha’, 2010: 54).

Indikasi Kesialan dalam Quran dan Hadits

Mungkin ada pertanyaan, bagaimana dengan firman Allah Ta’ala, yang artinya:’’Kaum ‘Aad pun mendustakan (pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku, Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus. yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok korma yang tumbang” (Q.S al-Qamar (54:18-20).

Imam al-Bagawi dalam tafsir Ma’alim al-Tanzil menceritakan, bahwa kejadian itu (fi yawmi nahsin mustammir)  tepat pada hari Rabu terakhir bulan Shafar. Orang Jawa pada umumnya menyebut Rabu itu dengan istilah Rabu Wekasan. Penafsiran ini hanya menunjukkan bahwa kejadian itu bertepatan dengan Rabu pada Shafar dan tidak menunjukkan bahwa hari itu adalah kesialan yang terus menerus.

Istilah hari naas yang terus menerus atau yawmi nahsin mustammir juga terdapat dalam hadis nabi. Tersebut dalam Faidh al-Qadir, juz 1, hal. 45, Rasulullah bersabda, “Akhiru Arbi’ai fi al-syahri yawmu nahsin mustammir (Rabu terakhir setiap bulan adalah hari sial terus).”
 
Hadits ini lahirnya bertentangan dengan hadits sahih riwayat Imam al-Bukhari sebagaimana disebut di atas. Jika dikompromikan pun maknanya adalah bahwa kesialan yang terus menerus itu hanya berlaku bagi yang mempercayai. Bukankah hari-hari itu pada dasarnya netral, mengandung kemungkinan baik dan jelek sesuai dengan ikhtiar perilaku manusia dan ditakdirkan Allah.

Bagaimana dengan pandangan Abdul Hamid Quds dalam kitabnya Kanzun Najah Was-Surur Fi Fadhail Al-Azminah wash-Shuhu yang menjelaskan bahwa banyak para Wali Allah yang mempunyai pengetahuan spiritual yang tinggi mengatakan bahwa pada setiap tahun, Allah  menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar.

Oleh sebab itu hari tersebut menjadi hari yang terberat di sepanjang tahun. Maka barangsiapa yang melakukan shalat sunnah 4 rakaat  di mana setiap rakaat setelah al-Fatihah dibaca surat al-Kautsar 17 kali lalu surat al-Ikhlash 5 kali, surat al-Falaq dan surat an-Naas masing-masing sekali; lalu setelah salammembaca do’a, maka Allah  dengan kemurahan-Nya akan menjag a orang yang bersangkutan dari semua bala bencana yang turun di hari itu sampai sempurna setahun.

Mengenai amalan-amalan tersebut di atas, mengutip KH. Abdul Kholik Mustaqim, Pengasuh Pesantren al-Wardiyah Tambakberas Jombang, para ulama yang menolak adanya bulan sial dan hari nahas Rebo Wekasan berpendapat :

 Pertama, tidak ada nash hadits khusus untuk akhir Rabu bulan Shofar, yang ada hanya nash hadits dla’if yang menjelaskan bahwa setiap hari Rabu terakhir dari setiap bulan adalah hari naas atau sial yang terus menerus, dan hadits dla’if ini tidak bisa dibuat pijakan kepercayaan.

 Kedua, tidak ada anjuran ibadah khusus dari syara’.Ada anjuran dari sebagian ulama’ tasawwuf namun landasannya belum bisa dikategorikan hujjah secara syar’i.

 Ketiga, tidak boleh, kecuali hanya sebatas sholat hajat lidaf’ilbala’almakhuf (untuk menolak balak yang dihawatirkan) atau nafilah mutlaqoh (sholat sunah mutlak) sebagaimana diperbolehkan oleh Syara’, karena hikmahnya adalah agar kita bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

Mengutip pandangan Rais Syuriah PWNU Jawa Timur, KH Miftakhul Akhyar tentang hadits kesialan terus menerus pada Rabu terakhir tiap bulan, dinyatakan: “Naas yang dimaksud adalah bagi mereka yang meyakininya, bagi yang mempercayainya, tetapi bagi orang-orang yang beriman meyakini bahwa setiap waktu, hari, bulan, tahun ada manfaat dan ada mafsadah, Hari bisa bermanfaat bagi seseorang, tapi bisa juga naas bagi orang lain, artinya hadits ini jangan dianggap sebagai suatu pedoman, bahwa setiap Rabu akhir bulan adalah hari naas yang harus kita hindari. Karena ternyata pada hari itu, ada yang beruntung, ada juga yang buntung. Tinggal kita berikhtiar meyakini, bahwa semua itu adalah anugerah Allah.” Wallahu ‘A’lam.

Jumat, 03 Januari 2014

Makalah Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok manusia, sebab pendidikan digunakan sebagai alat untuk membantu hidup di masa yang akan datang agar menjadi lebih baik. Dengan pendidikan manusia akan mendapatkan banyak hal yang belum ia ketahui sebelumnya.
 Kapan pendidikan itu di dapat? Sebenarnya setiap orang sudah mendapatkan pendidikan sejak ia dilahirkan, mulai dari sesuatu yang paling sederhana memudian beranjak kepada hal-hal yang lebih besar seiring berjalannya usia. Dan untuk menunjang pendidikan agar lebih baik, biasanya seseorang itu di masukkan dalam sebuah instansi pendidikan formal, sekolah misalnya.
Tentunya untuk bisa mewujudkan tujuan daripada pendidikan itu sendiri membutuhkan proses yang panjang, usaha dan pengorbanan yang tidak mudah. Usaha yang dilakukan dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan pendidikan misalnya adalah belajar. Tentunya dalam usaha tersebut juga banyak faktor-faktor yang berpengaruh, baik yang mendorong maupun yang menghambat. Untuk lebih jelasnya faktor-faktor tersebut akan di paparkan dalam makalah ini.

B.     Rumusan masalah
1.      Apa pengertian belajar?
2.      Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi belajar?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Belajar
Belajar menurut bahasa adalah learning atau sinau. Sedangkan belajar menurut istilah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan  seperti Howard L. Kingsleny. Dia mendefinisikan belajar sebagai: learning is the process by which behavior is originated or changed through practice or training (belajar adalah proses ketika tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan).[1]
James O. Wittaker mendefinisikan belajar sebagai: “learning is the process by which behavior originates or is altered through training or experience (belajar adalah proses ketika tingkah laku di ubah melalui latihan atau pengalaman).
Jadi belajar dapat di definisikan sebagai: learning is the process by which behavior is originated or changed through practice, training, and experience (belajar adalah proses ketika tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktik, latihan dan pengalaman.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimbulkan hal-hal pokok belajar yaitu:
1.      Perubahan dengan mendapatkan kecakapan baru.
2.      Latihan atau praktik terjadi karena usaha.
3.      Perubahan tingkah laku aktual atau potensial.

B.     Faktor-Faktor yang Memengaruhi Belajar
            Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi proses dan hasil belajar. Secara garis besar faktor tersebut dapat di bagi dalam dua bagian yaitu faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal).
1.      Faktor Internal
      Faktor dari dalam (internal) meliputi faktor-faktor sebagai berikut:
a.       Faktor Fisiologi (fisik)
            Faktor fisiologi adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik peserta individu. Faktor ini dibedakan menjadi dua macam yaitu:
            Pertama: keadaan tonus jasmani, yaitu keadaan dimana kondisi tubuh sehat, bugar, lemah ataupun sakit. Jika kondisi sehat dan bugar maka akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan dan proses belajar, sedangkan jika tubuh lemah dan sakit maka hasil belajar yang akan dicapai menjadi kurang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat berpengaruh untuk belajar dan perlu di jaga misalnya dengan makan makanan yang sehat dan bergizi secara teratur, olahraga secara teratur dan istirahat yang cukup.
            Kedua yaitu fungsi fisiologi yang berupa panca indera. Panca indra memiliki peran besar dalam proses belajar, yaitu sebagai pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, terutama yang berperan adalah mata dan telinga. Panca indera yang baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.
b.      Faktor Psikologi (psikis)
            Faktor psikologi adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan psikologi seseorang yang berpengaruh terhadap proses dan kegiatan belajar. Faktor ini dibagi lagi menjadi beberapa faktor lagi, yaitu:
1)      Tingkat kecerdasan / intelegensi peserta didik
      Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan begitu, kecerdasan tidak hanya berkaitan dengan otak saja tetapi juga organ tubuh lainnya. Namun apabila dikaitkan dengan kecerdasan tetntunya otak sebagai organ terpenting karena fungsi otak merupakan pengendali tertinggi (executive control) dari semua aktivitas manusia.
      Para ahli membagi tingkat kecerdasan menjadi bermacam-macam, salah satunya berdasarkan tes Stanford Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut:

Distribusi Kecerdasan (IQ) Menurut Stanford Revision

Tingkat kecerdasan (IQ)
Klasifikasi
140 – 169
Amat superior
120 – 139
Superior
110 – 119
Rata-rata tinggi
90 – 109
Rata-rata
80 – 89
Rata-rata rendah
70 – 79
Batas lemah mental
20 — 69
Lemah mental

Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:
- Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ 140—IQ 169;
-   Kelompok kecerdasan superior merentang antara IQ 120—IQ 139;
- Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang anatara IQ 110—IQ 119;
-    Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90—IQ 109;
- Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80—IQ 89;
- Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70—IQ 79;  
-  Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20—IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.
Peluang sukses dalam belajar seorang peserta didik bisa juga ditentukan dari tingkat IQ nya, semakin tinggi IQ semakin besar pula peluang suksesnya.
2)      Sikap (attitude) peserta didik
        Sikap adalah kecenderungan seseorang untuk mereaksi orang lainnya atau sesuatu yang relatif tetap. Contohnya sikap suka atau tidak suka terhadap guru atau mata pelajaran yang diajarkan. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi sukses atau tidaknya belajar seorang peserta didik.
3)    Bakat (aptitude) peserta didik
        Bakat adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu tanpa banyak bergantung pada pendidikan dan latihan. Sebenarnya  bakat itu sudah ada sejak seseorang dilahirkan namun kebanyakan orang mengetahui bkat yang dimiliki ketika proses tumbuh kembang bahkan setelah dewasa. Peserta didik yang amat berbakat (talented child) akan lebih mudah belajar sesuai bakat yang ia punya.
4)      Minat (interest) peserta didik
   Minat adalah kegairahan yang tinggi terhadap sesuatu dan untuk melakukan sesuatu. Minat bisa di artikan sebagai kemauan. Kemauan ini memegang peran penting dalam belajar. Adanya kemauan besar akan belajar dapat mendorong sukses atau tidaknya peserta didik.
5)      Motivasi peserta didik
     Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya segala sesuatu. Motivasi terbagi menjadi dua macam yaitu: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
      Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar.[2] Misalnya ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan, kemampuan dan sebagainya.
   Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya dari luar diri individu atau tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar. Misalnya belajar karena takut pada guru atau ingin lulus dan memperoleh nilai tinggi.

6)      Rasa percaya diri peserta didik
      Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan rasa percaya diri timbul karena adanya pengakuan dari lingkungan. Contoh makin sering seorang peserta didik berhasil menyelesaikan tugas maka makin sering mendapat pengakuan umum baik dari guru atau temannya sehingga rasa percaya diri semakin kuat. Begitu sebaliknya semakin sering mengalami kegagalan maka rasa tidak percaya diri yang semakin mendominasi.[3]
2.       Faktor Eksternal
   Faktor eksternal di bagi menjadi dua, yaitu:
a.  Faktor  lingkungan sosial
Lingkungan sosial meliputi:
1)       Lingkungan sosial keluarga
                    Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, pengelolaan keluarga, dan hubungan antar anggota  keluarga, semua itu dapat memengaruhi kegiatan belajar.
2)         Lingkungan sosial sekolah
     Guru, administrasi dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi belajar seorang peserta didik. Hubungan yang baik antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Maka para pendidik atau guru perlu memerhatikan dan memahami peserta didiknya.
3)       Lingkungan sosial masyarakat
Kondisi lingkungan tempat tinggal berpengaruh besar terhadap proses belajar seorang peserta didik. Jika lingkungannya kumuh, tidak terawat, banyak anak terlantar maka ia akan malas untuk belajar dikarnakan tidak ada teman belajar dan sebagainya.
b.  Lingkungan non_sosial
            Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah:
1)       Lingkungan alamiah
  Kondisi lingkungan alam yang mendukung akan memengaruhi proses belajar, seperti kondisi udara yang segar, sinar yang tidak terlalu kuat, suasana yang sejuk dan tenang. Sebaliknya kondisi alam yang tidak mendukung akan menghambat proses belajar.
2)       Faktor instrumental
     Yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan menjadi dua macam. Pertama hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar dll. Kedua software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus dan sebagainya.
3)      Faktor materi pelajaran yang diajarkan kepada siswa
      Faktor ini disesuaikan dengan perkembangan peserta didik, begitu juga dengan metode mengajar seorang pendidik harus disesuaikan perkembangan peserta didik pula. Oleh karena itu pendidik harus menguasai materi dan beberapa metode belajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi peserta didik agar dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses ketika tingkah laku di ubah melalui praktik, latihan dan pengalaman. Dalam proses belajar itu sendiri terdapat beberapa faktor yang berpengaruh besar, baik menghambat proses belajar atau mendorong. Faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1.      Faktor dari dalam (internal)
a.       Faktor fisiologi (fisik)
1)      Tonus jasmani (kondisi tubuh)
2)      Fungsi fisiologi (panca indera)
b.      Faktor psikologi (psikis)
1)      Tingkat kecerdasan
2)      Sikap (attitude)
3)      Bakat (aptitude)
4)      Minat (interest)
5)      Motivasi
6)      Rasa percaya diri
2.      Faktor dari luar (eksternal)
a.       Faktor lingkungan sosial
1)      Lingkungan sosial keluarga
2)      Lingkungan sosial sekolah
3)      Lingkungan sosial masyarakat
b.      Faktor lingkungan non-sosial
1)      Lingkungan alamiah
2)      Faktor instrumental
3)      Faktor materi yang akan diajarkan









DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin, Pendidikan Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Ar-Ruzz media, 2009.
Sabri, Alisuf , Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010.
Wahib, Abdul dan mustaqim, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.
http://seputarkampusorange.blogspot.com, diakses tanggal 06 april 2013.




  







[1] Baharudin, Pendididkan dan Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: AR-RUZZMEDIA, 2009) hlm. 163.
[2] M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010) hlm. 85.
[3] Fajar Mallajareng, “Faktor Yang Mempengaruhi Belajar”, dalam http://seputarkampusorange.blogspot.com, diakses tanggal 06 april 2013.