Senin, 07 Juli 2014

KALIMAT EFEKTIF


KALIMAT EFEKTIF
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Endang Rumaningsih, M.Hum



Disusun Oleh :
Lailin Uyun Munfaridah        (133511052)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014

BAB I
PENDHULUAN

A.  Latar Belakang
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit.
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

B.  Rumusan Masalah
1.         Apa pengertian kalimat efektif ?
2.         Apa syarat yang mendasari kalimat efektif ?
3.         Apa ciri-ciri kalimat efektif ?
4.         Bagaimana struktur kalimat efektif ?
  
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat secara tepat mewakili gagasan atau perasaan pengarang dan sanggup menimbulkan gambaran yang sama tepatnya pada pembaca atau pendengar.[1]
Kalimat yang efektif memiliki kemampuan atau tenaga menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca identik dengan apa yang dipikirkan pengarang atau penulis. Disamping itu, kalimat efektif selalu tetap berusaha agar gagasan pokok selalu mendapat tekanan atau penonjolan dalam pemikiran pembaca atau pendengar. Kalimat efektif sangat menentukan keefektifan informasi sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.[2]
Jadi yang dimaksud kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut:
1.      Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
2.      Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikiran oleh pembicara atau penulis.

B.  Syarat-syarat Kalimat Efektif
Selain kedua syarat yang telah diungkapkan sebelumnya, diperlukan pula syarat-syarat lain untuk menciptakan kalimat efektif. Syarat-syarat tersebut mencakup masalah kegayabahasaan, struktur kalimat, pilihan kata dan penalaran. Kemudian syarat-syarat tersebut diperinci lagi menjadi bagian-bagian tertentu sebagai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam meciptakan kalimat efektif. Hal-hal tersebut adalah:
1.    Kesatuan gagasan
Kesatuan gagasan yaitu kalimat yang mengandung satu atau lebih ide pokok yang tidak dikacaukan, sehingga gagasan yang dikandungnya jelas. Artinya dalam laju kalimat, tidak boleh diadakan perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada gagasaan lain atau menggabungkan dua gagasan yang tidak ada hubungannya. Contoh: [3]
a.    Yang jelas kesatuan gagasannya
-       Semua penduduk desa tugurejo itu mendapat penyuluhan mengenai Pembangunan Lima Tahun. (kesatuan tunggal)
-       Dia meninggalkan rumahnya pukul tujuh pagi, dan telah berangkat dengan kereta api satu jam yang lalu menuju Jakarta. (kesatuan gabungan)
b.    Yang tidak jelas kesatuannya
Biasanya sering terjadi dikarnakan kesalahan penggunaan kata depan atau kalimat terlalu panjang. Contoh:
-       Di setiap desa di Jawa Tengah telah bebas tiga buta
2.    Koherensi yang baik
Koherensi atau kepaduan yang baik yaitu hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur yang membentuk kalimat itu. Dalam hal ini yang paling penting adalah hubungan antara subyek, predikat dan obyek. Contoh:
-       Adik saya yang paling kecil memukul anjing di kebun kemarin pagi dengan sekuat tenaga.
Kesalahan dalam koherensi ini sering kali terjadi karena penempatan kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimatnya, kesalahan pemakaian kata, kesalahan menggunakan kata depan, kata hubung,  dan sebagainya serta penempatan aspek pada kata kerja yang kurang tepat.[4]


3.    Penekanan yang jelas
Penekanan yang jelas yaitu kejelasan bagi bagian kata yang dipentingkan dalam kalimat. Biasanya diperoleh dengan meletakkan kalimat yang ditekankan di depan kalimat. Namun penekanan juga dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
a.    Mengubah posisi kalimat
-       Bulan depan kita mengikuti festival bahasa.
-       Kita mengikuti festival bahasa bualan depan.
b.    Menggunakan repetisi (pengulangan kalimat)
-       Sekali di depan, tetap di depan !
c.    Penonjolan kalimat menggunakan penentangan
-       Saudaralah yang harus bertanggung jawab mengenai hal itu.
4.    Variasi kalimat
Variasi merupakan upaya yang dilakukan untuk menganeka-ragamkan bentuk-bentuk bahasa agar minat dan perhatian orang tetap terjaga.[5] Biasanya dilakukan dengan menggunakan kalimat-kalimat pendek, menggunakan bentuk aktif (me dan ber), bentuk pasif (di dan ter) serta merubah variasi kalimat dan variasi makna. Contoh:[6]
-       Orang yang bijaksana akan dihargai orang karena ia mampu menghargai orang lain.
5.    Paralelisme
Paralelisme adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam sebuah kalimat. Contoh:[7]
-       Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.


6.    Penalaran atau Logika
Penalaran sering juga disebut sebagai jalan pikiran, yakni suatu proses berpikir yang berusaha untuk menghubung-hubungkan evidensi-evidensi menuju kepada suatu kesimpulan yang masuk akal. Tulisan-tulisan yang jelas dan terarah merupakan perwujudan dari berpikir logis. Hubungan bahasa dan logika bisa menjamin agar kalimat-kalimat tidak bertentangan dengan segi penalaran. Kalimat yang baik, efektif dan teratur mencerminkan pula cara berpikir seseorang.[8]

C.  Ciri-ciri Kalimat Efektif
Kalimat yang efektif memiliki ciri-ciri tertentu, yakni:[9]
1.    Ciri Gramatikal
Kalimat efektif harus mengikuti kaidah-kaidah tata bahasa.
a.    Contoh tidak gramatikal:
Meskipun orang asing, dia pandai bicara bahasa Indonesia.
b.    Contoh gramatikal:
Meskipun orang asing, dia pandai berbicara bahasa Indonesia.
2.    Pilihan kata
Untuk menyusun kalimat efektif harus dipilih kata-kata yang tepat, seksama, dan lazim. Dalam pemakaiannya pilihan kata terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:
a.    Pemakaian kata tutur
Kata tutur adalah kata yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan. Dalam karya ilmiah, kata tutur hendaknya dihindari karena kata tutur termasuk kata yang tidak baku.
Contoh:
- Emang boleh ngambil barang orang lain tanpa izin?
- Apakah boleh, mengambil barang orang lain tanpa izin?

b.    Pemakaian kata-kata bersinonim
            Kata-kata bersinonim ada yang dapat saling menggantikan ada pula yang tidak. Ada kata-kata bersinonim yang pemakaiannya dibatasi oleh nilai rasa yang dikandung oleh konotasinya. Karena itu pemilihan kata harus secermat mungkin. Contoh:
-       Saya suka menonton wayang kulit.
Yang digunakan pada kalimat tersebut adalah kata menonton, karena wayang adalah tontonan. Bukan kata melihat, memandang ataupun mengawasi.
c.    Pemakaian kata-kata yang bernilai rasa
Kata-kata yang bernilai rasa hendaklah dipilih secara cermat dan serasi dengan situasi dan kondisi pembaca. Karena salah pilih kata akan mengganggu perasaan pembaca.
-       Istri hasan telah bunting lima bulan (salah).
-       Istri hasan telah hamil lima bulan (benar).
d.        Pemakaian kata-kata atau istilah asing
Ada kata-kata atau istilah-istilah asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia, tetapi ada juga yang belum. Jika sudah ada padanannya hendaklah dipakai padanannya, bukan istilah asingnya. Pengambilan istilah bahasa asing sebaiknya dilakukan karena alas n berikut:[10]
1).  Lebih cocok karena konotasinya, misalnya;
Kritik                 Kecaman
Asimilasi           Persenyawaan
Aposisi              Diolah
2).  Lebih singkat daripada terjemahannya, misalnya:
Eksekusi            Pelaksanaan hukum mati
Imunisasi           Pengebalan terhadap penyakit
3).  Bersifat internasional, misalnya:
Matematika, hidrogen, oksigen, zat cair dan lain-lain
e.    Pemakaian kata-kata konkret dan abstrak
Kata-kata konkret adalah kata-kata yang menunjuk kepada obyek-obyek yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, diraba atau dibau. Sedangkan kata-kata abstrak adalah kata-kata yang menunjuk kepada sifat, konsep, atau gagasan. Contoh:
-       Gunung bromo merupakan Gunung api yang masih bekerja, kawahnya berbentuk kerucut terbalik dan begaris tengah kra-kira 700 m.
-       Pancasila merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa Indonesia.
Kata-kata konkret lebih efektif jika dipakai dalam karangan narasi atau deskripsi. Sedangkan kata-kata abstrak dipakai untuk mengungkapkan gagasan atau ide-ide rumit.
f.     Pemakaian kata-kata umum dan khusus
Kata-kata umum adalah kata-kata yang luas ruang lingkupnya dan kata-kata khusus adalah kata-kata yang sempit ruang lingkupnya. Misalnya, kata umum: ‘Jatuh’, kata khususnya: ‘roboh’, ‘rebah’, ‘tumbang’, ‘rontok’, dan ‘longsor’.
g.    Pemakaian idiom
Karangan yang cermat diksinya sebaiknya bersifat idiomatik, contoh: terdiri atas, disebabkan oleh, berbeda dengan, sesuai dengan dan lain-lain.
h.    Pemakaian kata-kata yang logis
Dalam karangan, sebaiknya memakai kata-kata yang lugas, yaitu kata-kata yang bersahaja, apa adanya, dan bukan berupa frase yang panjang. Contoh:
-       Sepanjang pengetahuan saya, struktur bahasa tengger belum pernah diadakan penelitian. (tidak logis).
-       Setahu saya, struktur bahasa Tengger belum pernah diteliti. (logis).
3.    Keserasian
Efektif tidaknya suatu kalimat juga ditentukan oleh keserasian/ kesesuaian, yaitu keserasian antara pembicara dan pendengar atau penulis dan pembaca serta serasi dengan situasi dan kondisi bahasa itu dipergunakan.

D.  Struktur Kalimat Efektif
Struktur kalimat  efektif  haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki  kesatuan  bentuk  karena kesatuan bentuklah yang mewujudkan kesatuan arti. Jadi setiap kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsure-unsur pembentuk kalimat terdapat di dalamnya dan menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain.[11]
1.    Jenis-jenis struktur
Dalam suatu karya tulis, terdapat tiga macam struktur kalimat, yaitu:
a.    Kalimat sederhana
Contoh: Aku sebetulnya seorang artis.
b.    Kalimat luas
c.    Contoh: Pekerjaan itu tidak kusukai, tapi aku memperoleh penghasilan yang besar darinya.
d.   Kalimat gabung
Contoh: “Tujuan dan ambisi mereka berbeda jauh dengan getaran jiwaku.” Anda setuju atau tidak, kutipan di atas dapat dikatakan sangat efektif. Buktinya, buku itu sampai sekarang telah diterjemahkan lebih dari dua puluh bahasa di dunia.
2.    Unsur-unsur kalimat
Dilihat dari sudut struktur, kalimat terdiri atas beberapa unsur, yakni berupa kata-kata. Unsur-unsur tersebut yaitu:[12]
a.    Subyek
Subyek merupakan inti dalam kalimat yang dijelaskan oleh unsure predikat. Contoh:
-       Aku bekerja sebagai seorang pramugari.
-       Pekerjaan ini benar-benar membuatku lelah.
Kata aku pada kalimat pertama dan kata pekerjaan ini pada kalimat kedua adalah berfungsi sebagai subyek dalam kalimat yang bersangkutan.
b.    Predikat
Predikat adalah kata yang berfungsi membuat subyek menjadi jelas, yaitu berfungsi memberitahukan apa, mengapa, atau bagaimana subyek itu. Contoh:
- Para polisi menggerebek pengedar narkoba dua jam yang lalu.
- Rasa jemu mengamuk jua dalam jiwaku.
Kata menggerebek dan mengamuk mempunyai posisi sebagai predikat dalam kalimat pertama dan kedua.
c.    Pelengkap
Pelengkap adalah kata atau kelompok kata yang biasanya bersama dengan predikat, berfungsi sebagai keterangan predikat agar predikat menjadi terang dan jelas. Unsur pelengkap inilah yang disebut dengan objek. Contoh:
-       Aku tidak menyukai pekerjaan itu.
-       Ayah membeli sepasang sepatu di toko dekat kantornya.
Kata pekerjaan itu dan sepasang sepatu pada masing-masing kalimat tersebut adalah sebagai objek.
d.   Kata perangkai
Unsur perangkai berfungsi menggabungkan dua unsure subyek, dua unsur predikat, dan dua unsure objek. Biasanya kata perangkai itu berupa kata-kata dan, dengan, serta, bersama, beserta ataupun juga. Contoh:
-       Tujuan dan ambisi mereka berbeda jauh dengan getaran jiwaku.
e.    Kata penghubung
Kata penghubung berfungsi untuk menghubungkan dua buah informasi di dalam sebuah kalimat. Adakalanya kata penghubung terdiri dari satu kata dan terkadang terdiri dari satu kelompok kata, umumnya dijumpai dalam struktur kalimat luas. Contoh:
-       Aku tak dapat bertahan dengan keadaan ini, karena semuanya terasa begitu menyakitkan.
f.     Kata modalitas
Kata modalitas berfungsi untuk mengubah keseluruhan arti sebuah kalimat. Sering kali disebut sebagai kata warna. Contoh:
-       Ibunya seorang pedagang.
-       Ibunya memang seorang pedagang.
Setelah kalimat pertama kemasukan kata modalitas sehingga menjadi kalimat kedua, maka kalimat itu berubah menjadi lebih tegas.
g.    Frase
Frase adalah sekelompok kata yang tidak membentuk sebuah kalimat dan menempati salah satu jabatan dalam kalimat. Frase berfungsi sebagai keterangan predikat untuk fungsi-fungsi tertentu, misalnya keterangan waktu, sebab, tempat dan sebagainya. Contoh:
-       Perlombaan akan dilanjutkan lagi, setelah istirahat, sholat, dan makan siang bersama.
h.    Klausa
Klausa adalah kelompok kata yang memiliki unsur subyek dan predikat tetapi menjadi bagian kalimat lain yang lebih besar, tidak seperti frase. Contoh:
-       Sementara hujan masih turun, pekerjaan terpaksa dihentikan.







BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat secara tepat mewakili gagasan atau perasaan pengarang dan sanggup menimbulkan gambaran yang sama tepatnya pada pembaca atau pendengar. Jadi yang dimaksud kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut:
1.    Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
2.    Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikiran oleh pembicara atau penulis.
Selain kedua syarat tersebut ada hal-hal yang perlu diperhatikan juga dalam meciptakan kalimat efektif, yaitu:
1.    Kesatuan gagasan
2.    Koherensi yang baik
3.    Penekanan yang jelas
4.    Variasi kalimat
5.    Penalaran atau Logika
Kalimat efektif juga memiliki ciri-ciri tertentu, diantaranya:
1.    Ciri Gramatikal
2.    Pilihan kata, terdiri dari: Pemakaian kata tutur, pemakaian kata-kata bersinonim, pemakaian kata-kata yang bernilai rasa, pemakaian kata-kata atau istilah asing, pemakaian kata-kata konkret dan abstrak, pemakaian kata-kata umum dan khusus, pemakaian idiom, serta pemakaian kata-kata yang logis.
3.    Keserasian
Adapun struktur yang ada pada kalimat efektif, yakni:
1.    Jenis-jenis struktur, yaitu: Kalimat sederhana, Kalimat luas, dan Kalimat gabung.
2.    Unsur-unsur kalimat, yaitu: Subyek, predikat, pelengkap (objek), kata perangkai, kata penghubung, kata modalitas, frase, dan klausa.

B.     Kritik dan Saran
Demikianlah makalah ini penulis paparkan, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, guna meyempurnakan dalam penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis pribadi maupun para pembaca. Amin.








DAFTAR PUSTAKA
Al Kumai, Sulaiman, dkk, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, Semarang: Pusat Pengembangan Bahasa IAIN Walisongo Semarang, 2014.
Keraf , Gorys, Komposisi, Flores: Nusa Indah, 2001.
Rumaningsih , Endang, Cermat dan Terampil BERBAHASA INDONESIA, Semarang: RaSAIL Media Group, 2013.


[1] Endang Rumaningsih, Cermat dan Terampil BERBAHASA INDONESIA, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2013), hlm. 153
[2] Gorys Keraf, Komposisi, (Flores: Nusa Indah, 2001), hlm.35
[3] Endang Rumaningsih, Cermat dan Terampil BERBAHASA INDONESIA, hlm. 154
[4] Gorys Keraf, Komposisi, hlm. 39
[5] Gorys Keraf, Komposisi, hlm.44
[6] Endang Rumaningsih, Cermat dan Terampil BERBAHASA INDONESIA, hlm. 156
[7] Sulaiman al Kumai, dkk, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: Pusat Pengembangan Bahasa IAIN Walisongo Semarang, 2014), hlm.123
[8] Sulaiman al Kumai, dkk, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku,), hlm.131.
[9] Endang Rumaningsih, Cermat dan Terampil BERBAHASA INDONESIA, hlm.157-165
[10] Endang Rumaningsih, Cermat dan Terampil BERBAHASA INDONESIA, hlm. 161
[11] Endang Rumaningsih, Cermat dan Terampil BERBAHASA INDONESIA, hlm.166-167
[12] Endang Rumaningsih, Cermat dan Terampil BERBAHASA INDONESIA, hlm.169-171

0 komentar:

Posting Komentar