KALIMAT EFEKTIF
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Endang Rumaningsih, M.Hum
Disusun Oleh :
Lailin Uyun Munfaridah (133511052)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
BAB I
PENDHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa
adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota
masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat
mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau
dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat
mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat
dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang
disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut
dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya,
ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan
atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan
eksplisit.
Dalam
karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat
sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin
kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele.
Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita
sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah
penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian kalimat efektif ?
2.
Apa syarat yang mendasari kalimat efektif ?
3.
Apa ciri-ciri kalimat efektif ?
4.
Bagaimana struktur kalimat efektif ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat secara tepat mewakili gagasan atau perasaan
pengarang dan sanggup menimbulkan gambaran yang sama tepatnya pada pembaca atau
pendengar.[1]
Kalimat
yang efektif memiliki kemampuan atau tenaga menimbulkan kembali gagasan-gagasan
pada pikiran pendengar atau pembaca identik dengan apa yang dipikirkan
pengarang atau penulis. Disamping itu, kalimat efektif selalu tetap berusaha
agar gagasan pokok selalu mendapat tekanan atau penonjolan dalam pemikiran
pembaca atau pendengar. Kalimat efektif sangat menentukan keefektifan informasi
sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.[2]
Jadi
yang dimaksud kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat
berikut:
1.
Secara
tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
2.
Sanggup
menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang dipikiran oleh pembicara atau penulis.
B.
Syarat-syarat Kalimat Efektif
Selain kedua syarat yang telah
diungkapkan sebelumnya, diperlukan pula syarat-syarat lain untuk menciptakan
kalimat efektif. Syarat-syarat tersebut mencakup masalah kegayabahasaan,
struktur kalimat, pilihan kata dan penalaran. Kemudian syarat-syarat tersebut
diperinci lagi menjadi bagian-bagian tertentu sebagai hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam meciptakan kalimat efektif. Hal-hal tersebut adalah:
1.
Kesatuan
gagasan
Kesatuan
gagasan yaitu kalimat yang mengandung satu atau lebih ide pokok yang tidak
dikacaukan, sehingga gagasan yang dikandungnya jelas. Artinya dalam laju
kalimat, tidak boleh diadakan perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada
gagasaan lain atau menggabungkan dua gagasan yang tidak ada hubungannya. Contoh: [3]
a.
Yang
jelas kesatuan gagasannya
- Semua penduduk desa tugurejo itu mendapat penyuluhan mengenai
Pembangunan Lima Tahun. (kesatuan tunggal)
- Dia meninggalkan rumahnya pukul tujuh pagi, dan telah berangkat
dengan kereta api satu jam yang lalu menuju Jakarta. (kesatuan gabungan)
b.
Yang
tidak jelas kesatuannya
Biasanya
sering terjadi dikarnakan kesalahan penggunaan kata depan atau kalimat terlalu
panjang. Contoh:
- Di setiap desa di Jawa Tengah telah bebas tiga buta
2.
Koherensi
yang baik
Koherensi
atau kepaduan yang baik yaitu hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara
unsur-unsur yang membentuk kalimat itu. Dalam hal ini yang paling penting
adalah hubungan antara subyek, predikat dan obyek. Contoh:
- Adik saya yang paling kecil memukul anjing di kebun kemarin pagi
dengan sekuat tenaga.
Kesalahan
dalam koherensi ini sering kali terjadi karena penempatan kata dalam kalimat
tidak sesuai dengan pola kalimatnya, kesalahan pemakaian kata, kesalahan
menggunakan kata depan, kata hubung, dan
sebagainya serta penempatan aspek pada kata kerja yang kurang tepat.[4]
3.
Penekanan
yang jelas
Penekanan
yang jelas yaitu kejelasan bagi bagian kata yang dipentingkan dalam kalimat.
Biasanya diperoleh dengan meletakkan kalimat yang ditekankan di depan kalimat.
Namun penekanan juga dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
a.
Mengubah
posisi kalimat
- Bulan depan kita mengikuti festival bahasa.
- Kita mengikuti festival bahasa bualan depan.
b.
Menggunakan
repetisi (pengulangan kalimat)
- Sekali di depan, tetap di depan !
c.
Penonjolan
kalimat menggunakan penentangan
- Saudaralah yang harus bertanggung jawab mengenai hal itu.
4.
Variasi
kalimat
Variasi
merupakan upaya yang dilakukan untuk menganeka-ragamkan bentuk-bentuk bahasa
agar minat dan perhatian orang tetap terjaga.[5]
Biasanya dilakukan dengan menggunakan kalimat-kalimat pendek, menggunakan
bentuk aktif (me dan ber), bentuk pasif (di dan ter)
serta merubah variasi kalimat dan variasi makna. Contoh:[6]
- Orang yang bijaksana akan dihargai orang karena ia mampu menghargai
orang lain.
5.
Paralelisme
Paralelisme
adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam sebuah kalimat. Contoh:[7]
- Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata
ruang.
6.
Penalaran
atau Logika
Penalaran
sering juga disebut sebagai jalan pikiran, yakni suatu proses berpikir yang
berusaha untuk menghubung-hubungkan evidensi-evidensi menuju kepada suatu
kesimpulan yang masuk akal. Tulisan-tulisan yang jelas dan terarah merupakan
perwujudan dari berpikir logis. Hubungan bahasa dan logika bisa menjamin agar
kalimat-kalimat tidak bertentangan dengan segi penalaran. Kalimat yang baik,
efektif dan teratur mencerminkan pula cara berpikir seseorang.[8]
C.
Ciri-ciri Kalimat Efektif
Kalimat
yang efektif memiliki ciri-ciri tertentu, yakni:[9]
1.
Ciri
Gramatikal
Kalimat efektif harus mengikuti kaidah-kaidah tata bahasa.
a.
Contoh
tidak gramatikal:
Meskipun orang
asing, dia pandai bicara bahasa Indonesia.
b.
Contoh
gramatikal:
Meskipun orang
asing, dia pandai berbicara bahasa Indonesia.
2.
Pilihan
kata
Untuk
menyusun kalimat efektif harus dipilih kata-kata yang tepat, seksama, dan
lazim. Dalam pemakaiannya pilihan kata terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:
a.
Pemakaian
kata tutur
Kata
tutur adalah kata yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam
percakapan. Dalam karya ilmiah, kata tutur hendaknya dihindari karena kata
tutur termasuk kata yang tidak baku.
Contoh:
- Emang boleh ngambil barang orang lain tanpa izin?
- Apakah boleh, mengambil barang orang lain tanpa
izin?
b.
Pemakaian
kata-kata bersinonim
Kata-kata
bersinonim ada yang dapat saling menggantikan ada pula yang tidak. Ada
kata-kata bersinonim yang pemakaiannya dibatasi oleh nilai rasa yang dikandung
oleh konotasinya. Karena itu pemilihan kata harus secermat mungkin. Contoh:
- Saya suka menonton wayang kulit.
Yang
digunakan pada kalimat tersebut adalah kata menonton, karena wayang adalah
tontonan. Bukan kata melihat, memandang ataupun mengawasi.
c.
Pemakaian
kata-kata yang bernilai rasa
Kata-kata
yang bernilai rasa hendaklah dipilih secara cermat dan serasi dengan situasi
dan kondisi pembaca. Karena salah pilih kata akan mengganggu perasaan pembaca.
- Istri hasan telah bunting lima bulan (salah).
- Istri hasan telah hamil lima bulan (benar).
d.
Pemakaian
kata-kata atau istilah asing
Ada
kata-kata atau istilah-istilah asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa
Indonesia, tetapi ada juga yang belum. Jika sudah ada padanannya hendaklah
dipakai padanannya, bukan istilah asingnya. Pengambilan istilah bahasa asing sebaiknya
dilakukan karena alas n berikut:[10]
1).
Lebih cocok karena konotasinya, misalnya;
Kritik Kecaman
Asimilasi Persenyawaan
Aposisi Diolah
2). Lebih singkat daripada
terjemahannya, misalnya:
Eksekusi Pelaksanaan hukum mati
Imunisasi
Pengebalan terhadap penyakit
3). Bersifat internasional,
misalnya:
Matematika, hidrogen, oksigen, zat cair dan lain-lain
e.
Pemakaian
kata-kata konkret dan abstrak
Kata-kata
konkret adalah kata-kata yang menunjuk kepada obyek-obyek yang dapat dilihat,
didengar, dirasakan, diraba atau dibau. Sedangkan kata-kata abstrak adalah
kata-kata yang menunjuk kepada sifat, konsep, atau gagasan. Contoh:
- Gunung bromo merupakan Gunung api yang masih bekerja, kawahnya
berbentuk kerucut terbalik dan begaris tengah kra-kira 700 m.
- Pancasila merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian
bangsa Indonesia.
Kata-kata
konkret lebih efektif jika dipakai dalam karangan narasi atau deskripsi.
Sedangkan kata-kata abstrak dipakai untuk mengungkapkan gagasan atau ide-ide
rumit.
f.
Pemakaian
kata-kata umum dan khusus
Kata-kata
umum adalah kata-kata yang luas ruang lingkupnya dan kata-kata khusus adalah
kata-kata yang sempit ruang lingkupnya. Misalnya, kata umum: ‘Jatuh’, kata
khususnya: ‘roboh’, ‘rebah’, ‘tumbang’, ‘rontok’, dan ‘longsor’.
g.
Pemakaian
idiom
Karangan
yang cermat diksinya sebaiknya bersifat idiomatik, contoh: terdiri atas,
disebabkan oleh, berbeda dengan, sesuai dengan dan lain-lain.
h.
Pemakaian
kata-kata yang logis
Dalam
karangan, sebaiknya memakai kata-kata yang lugas, yaitu kata-kata yang
bersahaja, apa adanya, dan bukan berupa frase yang panjang. Contoh:
- Sepanjang pengetahuan saya, struktur bahasa tengger belum pernah
diadakan penelitian. (tidak logis).
- Setahu saya, struktur bahasa Tengger belum pernah diteliti.
(logis).
3.
Keserasian
Efektif
tidaknya suatu kalimat juga ditentukan oleh keserasian/ kesesuaian, yaitu
keserasian antara pembicara dan pendengar atau penulis dan pembaca serta serasi
dengan situasi dan kondisi bahasa itu dipergunakan.
D.
Struktur Kalimat Efektif
Struktur
kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus
memiliki kesatuan bentuk
karena kesatuan bentuklah yang mewujudkan kesatuan arti. Jadi setiap
kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap
unsure-unsur pembentuk kalimat terdapat di dalamnya dan menempati posisi yang
jelas dalam hubungan satu sama lain.[11]
1.
Jenis-jenis
struktur
Dalam suatu karya tulis, terdapat tiga macam struktur kalimat,
yaitu:
a.
Kalimat
sederhana
Contoh: Aku
sebetulnya seorang artis.
b.
Kalimat
luas
c.
Contoh:
Pekerjaan itu tidak kusukai, tapi aku memperoleh penghasilan yang besar
darinya.
d.
Kalimat
gabung
Contoh: “Tujuan
dan ambisi mereka berbeda jauh dengan getaran jiwaku.” Anda setuju atau tidak,
kutipan di atas dapat dikatakan sangat efektif. Buktinya, buku itu sampai
sekarang telah diterjemahkan lebih dari dua puluh bahasa di dunia.
2.
Unsur-unsur
kalimat
Dilihat
dari sudut struktur, kalimat terdiri atas beberapa unsur, yakni berupa
kata-kata. Unsur-unsur tersebut yaitu:[12]
a.
Subyek
Subyek
merupakan inti dalam kalimat yang dijelaskan oleh unsure predikat. Contoh:
- Aku bekerja sebagai seorang pramugari.
- Pekerjaan ini benar-benar membuatku lelah.
Kata
aku pada kalimat pertama dan kata pekerjaan ini pada kalimat kedua adalah berfungsi
sebagai subyek dalam kalimat yang bersangkutan.
b.
Predikat
Predikat
adalah kata yang berfungsi membuat subyek menjadi jelas, yaitu berfungsi
memberitahukan apa, mengapa, atau bagaimana subyek itu. Contoh:
- Para polisi menggerebek pengedar narkoba dua jam yang
lalu.
- Rasa jemu mengamuk jua dalam jiwaku.
Kata
menggerebek dan mengamuk mempunyai posisi sebagai predikat dalam kalimat
pertama dan kedua.
c.
Pelengkap
Pelengkap
adalah kata atau kelompok kata yang biasanya bersama dengan predikat, berfungsi
sebagai keterangan predikat agar predikat menjadi terang dan jelas. Unsur
pelengkap inilah yang disebut dengan objek. Contoh:
- Aku tidak menyukai pekerjaan itu.
- Ayah membeli sepasang sepatu di toko dekat kantornya.
Kata pekerjaan itu dan sepasang sepatu pada masing-masing kalimat
tersebut adalah sebagai objek.
d.
Kata
perangkai
Unsur
perangkai berfungsi menggabungkan dua unsure subyek, dua unsur predikat, dan
dua unsure objek. Biasanya kata perangkai itu berupa kata-kata dan, dengan,
serta, bersama, beserta ataupun juga. Contoh:
- Tujuan dan ambisi mereka berbeda jauh dengan getaran jiwaku.
e.
Kata
penghubung
Kata
penghubung berfungsi untuk menghubungkan dua buah informasi di dalam sebuah
kalimat. Adakalanya kata penghubung terdiri dari satu kata dan terkadang
terdiri dari satu kelompok kata, umumnya dijumpai dalam struktur kalimat luas.
Contoh:
- Aku tak dapat bertahan dengan keadaan ini, karena semuanya terasa
begitu menyakitkan.
f.
Kata
modalitas
Kata
modalitas berfungsi untuk mengubah keseluruhan arti sebuah kalimat. Sering kali
disebut sebagai kata warna. Contoh:
- Ibunya seorang pedagang.
- Ibunya memang seorang pedagang.
Setelah
kalimat pertama kemasukan kata modalitas sehingga menjadi kalimat kedua, maka kalimat
itu berubah menjadi lebih tegas.
g.
Frase
Frase
adalah sekelompok kata yang tidak membentuk sebuah kalimat dan menempati salah
satu jabatan dalam kalimat. Frase berfungsi sebagai keterangan predikat untuk
fungsi-fungsi tertentu, misalnya keterangan waktu, sebab, tempat dan
sebagainya. Contoh:
- Perlombaan akan dilanjutkan lagi, setelah istirahat, sholat, dan
makan siang bersama.
h.
Klausa
Klausa
adalah kelompok kata yang memiliki unsur subyek dan predikat tetapi menjadi
bagian kalimat lain yang lebih besar, tidak seperti frase. Contoh:
- Sementara hujan masih turun, pekerjaan terpaksa dihentikan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat secara tepat mewakili gagasan atau perasaan
pengarang dan sanggup menimbulkan gambaran yang sama tepatnya pada pembaca atau
pendengar. Jadi yang dimaksud kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi
syarat-syarat berikut:
1.
Secara
tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
2.
Sanggup
menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang dipikiran oleh pembicara atau penulis.
Selain
kedua syarat tersebut ada hal-hal yang perlu diperhatikan juga dalam meciptakan
kalimat efektif, yaitu:
1.
Kesatuan
gagasan
2.
Koherensi
yang baik
3.
Penekanan
yang jelas
4.
Variasi
kalimat
5.
Penalaran
atau Logika
Kalimat
efektif juga memiliki ciri-ciri tertentu, diantaranya:
1.
Ciri
Gramatikal
2.
Pilihan
kata, terdiri dari: Pemakaian kata tutur, pemakaian kata-kata bersinonim, pemakaian
kata-kata yang bernilai rasa, pemakaian kata-kata atau istilah asing, pemakaian
kata-kata konkret dan abstrak, pemakaian kata-kata umum dan khusus, pemakaian
idiom, serta pemakaian kata-kata yang logis.
3.
Keserasian
Adapun
struktur yang ada pada kalimat efektif, yakni:
1.
Jenis-jenis
struktur, yaitu: Kalimat sederhana, Kalimat luas, dan Kalimat gabung.
2.
Unsur-unsur
kalimat, yaitu: Subyek, predikat, pelengkap (objek), kata perangkai, kata
penghubung, kata modalitas, frase, dan klausa.
B.
Kritik dan Saran
Demikianlah makalah ini penulis paparkan, penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun,
guna meyempurnakan dalam penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat baik bagi penulis pribadi maupun para pembaca. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Al Kumai, Sulaiman, dkk, Bahasa
Indonesia Bahasa Bangsaku, Semarang: Pusat Pengembangan Bahasa IAIN
Walisongo Semarang, 2014.
Keraf , Gorys, Komposisi, Flores:
Nusa Indah, 2001.
Rumaningsih , Endang, Cermat dan Terampil
BERBAHASA INDONESIA, Semarang: RaSAIL Media Group, 2013.
[1]
Endang
Rumaningsih, Cermat dan Terampil BERBAHASA INDONESIA, (Semarang: RaSAIL
Media Group, 2013), hlm. 153
[2]
Gorys Keraf, Komposisi,
(Flores: Nusa Indah, 2001), hlm.35
[3]
Endang
Rumaningsih, Cermat dan Terampil BERBAHASA INDONESIA, hlm. 154
[4]
Gorys Keraf, Komposisi,
hlm. 39
[5]
Gorys Keraf, Komposisi,
hlm.44
[6]
Endang
Rumaningsih, Cermat dan Terampil BERBAHASA INDONESIA, hlm. 156
[7] Sulaiman al
Kumai, dkk, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, (Semarang: Pusat
Pengembangan Bahasa IAIN Walisongo Semarang, 2014), hlm.123
[8]
Sulaiman al
Kumai, dkk, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku,), hlm.131.
[9]
Endang
Rumaningsih, Cermat dan Terampil BERBAHASA INDONESIA, hlm.157-165
[10]
Endang
Rumaningsih, Cermat dan Terampil BERBAHASA INDONESIA, hlm. 161
[11]
Endang
Rumaningsih, Cermat dan Terampil BERBAHASA INDONESIA, hlm.166-167
[12]
Endang
Rumaningsih, Cermat dan Terampil BERBAHASA INDONESIA, hlm.169-171
0 komentar:
Posting Komentar