BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kitab suci samawi yang bernama Al Qur’an
adalah sumber inspirasi kehidupan umat manusia. Karena semua yang dibutuhkan
oleh manusia tersedia di dalamnya. Tinggal mau atau tidak kita mengambilnya dan
menggunakannya. Jika kita belum menemukan apa-apa di dalamnya, padahal kita
senantiasa membacanya, boleh jadi interaksi kita dengan Al Qur’an belum
sempurna, karena kita membacanya hanya sekedar membaca, tanpa melihat aspek
lain yang justru lebih penting.
Al Qur’an adalah “hudan lil-muttaqin” (petunjuk
bagi orang-orang bertakwa), pedoman bagi umat islam. Maka dari itu banyaak
penulis buku yang telah menulis buku tentang ulumul qur’an yang berguna
untuk memahami wahyu (Al Qur’an). Di dalamnya terdapat berbagai pengertian
mengenai Al Qur’an, wahyu, ilham, ta’lim dan berbagai cakupan ilmu Al Qur’an.
Sedangkan pengertian ulumul qur’an sendiri adalah suatu ilmu yang
lengkap dan mencakup bidang ilmu yang ada hubungannya dengan Al Qur’an baik
berupa ilm agama, seperti ilmu tafsir, maupun berupa ilmu-ilmu bahasa Arab seperti
ilmu I’rabul Qur’an, dan sebagainya.
Untuk itu sebelum memahami ilmu-ilmu Al Qur’an
sebaiknya kita mengetahui dulu lebih dalam tentang pengertian Al Qur’an, Wahyu,
Ilham dan Ta’lim, dan ilmu Al Qur’an. Supaya kita lebih mudah untuk memahami
tentang bahasan ilmu-ilmu Al Qur’an dan bisa mengamalkan dalam praktik di
kehidupan sehari-hari kita.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
A. Apa pengertian dan nama-nama Al-Quran ?
B. Apa saja garis besar kandungan Al-Quran?
C. Apa pengertian dan macam-macam Wahyu?
D. Apa perbedaan wahyu dengan ilham dan ta’lim?
E. Apa saja cakupan ilmu Al-Quran?
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan Nama-nama Al-Quran
1. Pengertian
Al-Quran
Secara etimologi atau bahasa , lafadz Al-Quran berasal dari
bahasa arab قرأ- يقرأ- قراءة- وقرآنا yang berarti bacaan. Hal ini
dijelaskan sendiri dalam Al-Quran, yaitu:
#sÎ*sù çm»tRù&ts% ôìÎ7¨?$$sù ¼çmtR#uäöè% ÇÊÑÈ
“Apabila
Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.” (QS
Al-Qiyamah :18)
Pendapat lain mengatakan
bahwa lafadz Al-Quran yang berasal dari kata قرأ tersebut juga berarti الجمع yaitu mengumpulkan atau
menghimpun. Jadi lafadz Al-Quran berarti menghimpun atau mengumpulkan sebagian
huruf dan kata yang satu dengan yang lainnya.
Terdapat perbedaan pendapat
di kalangan para ulama terkait dengan asal mula lafadz Al-Quran. Diantaranya
menurut Al Asy’ari menyatakan bahwa lafadz Al-Quran tidak ber hamzah dan
merupakan pecahan dari kata قرن yang berarti menggabungkan. Sedangkan menurut al-Lihyani lafadz
Al-Quran itu ditulis dengan huruf hamzah di tengahnya dan merupakan isim
masdar yang diartikan isim maf’ul, yaitu المقروء (yang dibaca).
Dari pendapat-pendapat tersebut
Dr. Subhi as-Shalih menyimpulkan bahwa pendapat yang lebih kuat adalah pendapat
yang terakhir, yaitu yang mengatakan bahwa lafadz Al-Quran adalah masdar dari
قرأ.
Sedangkan pengertian
Al-Quran secara terminologis juga banyak dikemukakan oleh berbagai ulama yang
tentu tidak sama dalam mendefinisikannya. Seperti menurut Ali al-Shabuni dalam At
tibyan fi ulum al qur’an yaitu:
“Al Quran adalah kalam Allah yang bersifat mu’jizat yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat jibril dengan lafal dan
maknanya dari allah SWT, yang dinukilkan secara mutawattir, membacanya merupakan ibadah, dimulai dengan surat al
fatihah dan diakhiri dengan surat an nas.”
Dr. Subhi al-Shalih juga
mengemukakan definisi Al-Quran dalam kitabnya Mabahis fi ulum al qur’an
yang di sepakati oleh para ahli bahasa, ahli kalam, ahli fiqh dan ushul fiqh
yaitu:
“Al qur’an adalah firman allah yang berfungsi sebagai mu’jizat, yang
diturunkan kepada nabi Muhammad, yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang di
riwayatkan secara mutawattir dan membacanya merupakan ibadah.”[1]
Dari berbagai macam
pengertian Al-Quran di atas tentu dapat di simpulkan bahwa terdapat beberapa
unsur dalam Al-Quran, yakni:
Pertama, Al-Quran adalah wahyu atau kalam Allah SWT. Semua definisi yang di berikan para ahli
selalu di awali dengan penyebutan Al Quran sebagai kalam atau wahyu Allah.
Tentu saja Al-Quran mutlak bukan
puitisasi para penyair, bukan bahkan bukan sabda nabi Muhammad SAW. Tetapi Al-Quran
adalah kalam Allah, bukan perkataan selain dia.
Kedua, Al-Quran diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Ini
berarti bahwa wahyu Allah yang diturunkan kepada rosul Allah selain nabi Muhammad
tidak bisa disebut Al-Quran.
Ketiga, Al-Quran disampaikan melalui malaikat Jibril. Semua
ayat Al-Quran diwahyukan melalui perantara malaikat Jibril. Meskipun ada
segelintir ulama yang berpendapat bahwa ada beberapa surat yang langsung
diwahyukan Allah kepada nabi, tetapi pendapat itu di bantah oleh banyak pihak.
Keempat, Al-Quran diturunkan dalam bentuk lafal arab. Seperti
yang diyakini oleh para ulama bahwa Al-Quran diturunkan bukan hanya dalam
bentuk makna seperti hadist qudsy tetapi juga sekaligus lafalnya. Maka
terjemahan atau tafsir Al-Quran meskipun dalam bahasa arab sekalipun tidak bisa
di sebut sebagai Al-Quran.
2.
Nama Lain Al-Quran
Al-Quran memiliki banyak
nama dan julukan. Ini menunjukkan kemuliaan Al-Quran. Sebab seperti yang
dinyatakan oleh al-Sayuti “banyak nama itu mengisyaratkan kemuliaan sesuatu
yang diberi nama”. Menurut ‘Uzaizy Ibn ‘Abd al mulk atau yang dikenal dengan
sebutan Abu al-Ma’ali Syaydzalah Al-Quran memiliki 55 macam nama. Sedangkan menurut Hasan al-Harali malahan
lebih dari 90 nama atau julukan Al-Quran.
Diantara nama-nama lain Al-Quran
yang sering di sebutkan oleh para ulama atau umum dikenal yaitu: Al-Quran
(Bacaan), al-Kitab (Tulisan), al-Furqan (Pembeda), al-Dzikr
(Peringatan), al-Mushaf (Himpunan Lembaran), al-Kalam (Firman
Allah), al-Nur (Cahaya), al-Huda (Petunjuk), al-Rahmah (Rahmat),
al-Karim (Yang Mulia), al-Hikmah (Kebijaksanaan), al-Mubarak
(Yang Diberkahi), al-Shirat al-Mustaqim (Jalan Lurus), al-Wahyu
(Wahyu), al-‘ilm (Ilmu Pengetahuan), al-Bayan (Penjelasan), al-Haqq
(Kebenaran), al-Busyra (Pemberi Kabar Gembira) dan masih banyak lagi
yang lain.
Lepas dari perbedaan
pendapat tentang nama Al-Quran, yang pasti semua nama selalu tepat dikaitkan
dengan isi maupun fungsi Al-Quran itu sendiri. Namun Ibn Jazzi al Kilabi
menegaskan bahwa yang tepat al quran hanya memiliki empat macam nama yaitu Al-Quran
itu sendiri, al-Kitab, al-Furqan dan al-Dzikr.[2]
Hal ini mengacu pada ayat-ayat yang menjelaskan tentang keempat nama tersebut.
1.
Al-Quran yang berarti bacaan. Hal ini berarti bahwa Al-Quran adalah
bacaan yang sebaiknya dibaca oleh umat muslim. Ayat yang berkaitan dengan
penyebutan Al-Quran yaitu:
¼çm¯RÎ) ×b#uäöà)s9 ×LqÌx. ÇÐÐÈ
“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan
yang sangat mulia”
(QS Al-Waqiah: 77)
2. Al-Kitab
yang berarti tulisan. Dinamakan al kitab karena Al-Quran tertulis dalam bentuk
kitab. Seperti yang disebutkan dalam ayat Al-Quran:
üNm ÇÊÈ É=»tGÅ6ø9$#ur ÈûüÎ7ßJø9$# ÇËÈ
“Haa
miim. Demi kitab (Al Quran) yang menjelaskan.” (QS Al-Dukhan:
1-2)
3. Al-Furqan
yang berarti pembeda. Disebut al-Furqan karena Al-Quran menjelaskan antara yang
haq dan yang bathil, yang benar dan yang salah serta yang baik dan yang buruk.
Berdalil kepada firman allah yang berbunyi:
x8u$t6s? Ï%©!$# tA¨tR tb$s%öàÿø9$# 4n?tã ¾ÍnÏö6tã tbqä3uÏ9
úüÏJn=»yèù=Ï9 #·ÉtR ÇÊÈ
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran)
kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS Al-Furqan:
1)
4. Al-Dzikr
yang berarti peringatan. Karena al quran mengandung peringatan-peringatan,
nasihat serta informasi tentang umat yang telah lalu tentu saja sebagai
peringatan dan nasihat bagi orang yang bertakwa. Ayat yang menunjukkan hal ini
yaitu:
ÏM»uZÉit7ø9$$Î/ Ìç/9$#ur 3 !$uZø9tRr&ur y7øs9Î) tò2Ïe%!$# tûÎiüt7çFÏ9 Ĩ$¨Z=Ï9
$tB tAÌhçR öNÍkös9Î) öNßg¯=yès9ur crã©3xÿtGt ÇÍÍÈ
“Keterangan-keterangan
(mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al-Dzikr (Al-Quran),
agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka
dan supaya mereka memikirkan.” (QS Al-Nahl: 44)
Berkenaan dengan nama-nama al quran yang
begitu banyak Shubhi as Shalih melontarkan pendapatnya bahwa sebagian ulama ada
yang berlebihan dlam menghitung nama-nama al quran dan penyebabnya adalah
karena mereka tanpa sadar mencampuradukkan antara nama Al –Quran dengan
sifat-sifat Al-Quran. Yang jelas satu hal yang patut dicatat tentang nama
Al-Quran bahwasannya dari sekian banyak nama terhadap Al-Quran, kata Al-Quran
lah yang paling sering disebutkan dalam ayat-ayatnya yakni 70 kali dalam 70
ayat dan 38 surat baru kemudian diikuti dengan nama-nama lain.
B. Kandungan (Isi) Al-Quran Secara Garis Besar
Al-Quran adalah kitab suci yang diperuntukkan bagi
seluruh umat di dunia, terkhusus umat muslim. Di dalam surat-surat dan
ayat-ayatnya terdapat kandungan yang secara garis besar yang dibagi menjadi
beberapa hal pokok yaitu:
1. Aqidah
Aqidah
atau merupakan isi kandungan Al-Quran yang utama dan terpenting, karena aqidah
adalah keyakinan yang diyakini kebenarannya dengan sepenuh hati terhadap apa
yang dianutnya. Akan tetapi akidah yang diyakini tersebut tidak hanya dasar
yang ideal tetapi harus benar-benar diwujudkan dalam perbuatan dan tingkah laku
sebagai seorang yang beriman.
2. Ibadah
dan Muamalah
Menurut Al-quran tujuan utama diciptakannya
manusia dan jin adalah agar beribadah kepada Allah SWT. Oleh sebab itu dalam al
quran banyak sekali dipaparkan tentang ibadah sebagai bentuk hubungan antara
ciptaan khususnya manusia kepada yang menciptakan (Allah SWT) . Sedangkan
sebagai makhluk yang hidup bersama-sama, tentu dalam kesehariannya manusia
banyak melakukan hubungan atau komunikasi yang disebut habll min an-nas.
3. Wa’du
dan wa’id
Isi
kandungan lain yang juga mempunyai peran penting bagi kehidupan manusia adalah
al wa’du (janji baik) dan al wa’id (ancaman buruk). Hal ini terasa penting
karena pada kenyataannya diantara karakteristik manusia adalh menyenangi janji
baik dan memerhatikan ancaman buruk. Maka banyak sekali ayat-ayat dalam
al-quran yang membahas tentang al wa’du dan al wa’id.
4. Hukum
Telah
ada kesepakatan di kalangan umat islam bahwa sumber hukum yang paling utama
adalah Al-Quran. Hal ini dikarnakan memang di dalamnya memuat sejumlah
ketentuan hukum sekaligus juga menyinggung kaidah-kaidah hukum pembentukannya.
5. Akhlak
Akhlak memiliki kedudukan yang penting bagi
manusia juga serta sebagai barometer kesuksesan seseorang dalam melaksanakan
tugasnya. Seperti Rosulullah yang berhasil melaksanakan misinya untuk menyampaikan
risalah islamiyah tidak lain juga karena komitmen dan konsisten akhlaknya yang
sangat agung. Dan akhlak yang tinggi seperti itulah yang banyak dinyatakan
dalam al quran.
6. Kisah
Kisah
merupakan isi kandungan lain dalam Al-Quran. Keberadaannya di dalamnya merupakan
perhatian yang cukup serius . sebab dalam Al-Quran banyak sekali ayat yang
menyebut kata al qashas, bahkan terdapat satu surat khusus yang bernama
al-Qashas. Tentu semua itu juga merupakan kisah benar dan baik yang bermanfaat
bagi manusia sebagai peringatan dan pelajaran berharga.
7. Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu kandungan yang juga tidak kurang
pentingnya bagi manusia. Betapa banyaknya ayat al quran yang mendorong para
ilmuan untuk menggali ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya bukan hanya dari al
quran tetapi juga dari alam jagat raya. Ayat-ayat Al-Quran yang menyinggung
tentang persoalan ilm pengetahuan disebut ayat al-kauniyyah atau ayat
al ulum.
C.
Pengertian Wahyu dan Macam-macam Wahyu
1.
Pengertian
Wahyu
Wahyu berasal dari kata waha-yahi-wahyan (وحي-يحي-وححيا), yang secara harfiah berarti
suara, kecepatan, bisikan, rahasia, isyarat, tulisan, dan kitab. Didalam Al-Quran,
kata wahyu disebut sebanyak 77 kali dan kebanyakan dalam bentuk kata kerja (fi’il
) yang digunakan untuk beberapa pengertian. Di antaranya :
a.
Wahyu dalam arti ilham atau insting seperti dalam ayat :
4ym÷rr&ur y7/u n<Î) È@øtª[$# Èbr& ÉϪB$# z`ÏB ÉA$t6Ågø:$#
$Y?qãç/ z`ÏBur Ìyf¤±9$# $£JÏBur tbqä©Ì÷èt ÇÏÑÈ
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di
bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia’.” (QS Al-Nahl : 68)
b. Wahyu dengan arti perintah seperti dalam firman Allah:
øÎ)ur àMøym÷rr& n<Î) z`¿ÎiÍ#uqysø9$# ÷br& (#qãYÏB#uä Î1
Í<qßtÎ/ur (#þqä9$s% $¨YtB#uä ôpkô$#ur $oY¯Rr'Î/ tbqßJÎ=ó¡ãB ÇÊÊÊÈ
“Dan (ingatlah), ketika aku ilhamkan
kepada pengikut Isa yang setia: ‘Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku’.
mereka menjawab: Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa
Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)’.”(Al-Maidah: 111)
Wahyu selanjutnya mengandung pengertian pemberitahuan tersembunyi dengan
cara cepat. Namun, kebanyakan orang-orang islam mengenal wahyu dalam arti suatu
ajaran islam yang disampaikan Allah kepada para nabi dan rosulnya.
Begitu pula dengan Al-Sayyid Rasyid Ridha menurutnya wahyu adalah suatu
ilmu yang dikhususkan untuk para rosul dengan tidak mereka usahakan dan tidak
mereka pelajari. Lebih singkatnya pengertian wahyu adalah sesuatu pengetahuan
yang tidak dapat dicari apalagi direkayasa, melainkan datang dengan sendirinya
sebagai pengetahuan yang dibeikan Allah kepada orang-orang pilihan yang
kemudian disebut Nabi/Rosul-Nya.
Menurut Syeikh Muhammad Abduh, wahyu adalah inspirasi pengetahuan yang
tiba-tiba muncul pada diri seorang nabi, beserta keyakinananya, bahwa
pengetahuan itu berasal dari Allah SWT, baik Nabi menerima pengetahuan itu
langsug dari-Nya atau memang ada juru bicara Tuhan yaitu jibril.[3]
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan cara penyampaian wahyu
Allah kepada Nabi/ Rosul-Nya.
1). Secara langsung
atau tidak melalui
perantara malaikat. Dalam hal ini
ada beberapa macam, yaitu:
a). Allah menghembuskan suatu ke dalam jiwa nabi.
b). Allah berbicara kepada nabi dari balik tabir.
c). Melalui mimpi yang benar di dalam tidur.
2). Tidak secara langsung atau melalui perantara
yaitu malaikat Jibril. Dalam hal ini
juga terjadi dengan berbagai macam cara, yakni:
a). Jibril datang kepada rosul dengan suara seperti dencingan atau
gemerincing lonceng dan suara yang amat kuat.
b). Malaikat mengilhamkan sesuatu kepada rosul. Cara ini hamper
sama dengan cara yang pertama.
c). Malaikat jibril menjelma kepada rosul sebagai seorang laki-laki
dalam bentuk manusia.
d). Malaikat menjelmakan
dirinya kepada Rosul dalam wujud aslinya.
2. Macam-Macam Wahyu
Dari segi penyampainnya wahyu ada beberapa macam, yaitu:
1.
Berupa
pembicaraan langsung (dialog) antara hamba pilihan Tuhan dengan-Nya, seperti
halnya terjadi pada diri Nabi Musa a.s.
2.
Berupa
anugerah langsung oleh Allah ke dalam hati manusia pilihan-Nya, dengan cara
yang sangat mudah, tidak bisa dihindari kedatangannya dan tidak ada suatu
keraguan di dalamnya.
3.
Berupa
hasil dari mimpi yang benar, seperti yang terjadi pada Nabi Ibrahim a.s.
4.
Berupa
sesuatu yang dibawa oleh Jibril disampaikan kepada manusia pilihan. Wahyu yang
beginilah yang paling umum dan masyhur.
D.
Perbedaan Wahyu dengan Ilham dan Ta’lim
1. Perbedaan wahyu dengan ilham
Sebagian ulama mengatakan Ilham itu adalah menuangkan
suatu pengetahuan kedalam jiwa yang diminta supaya dikerjakan oleh yang
menerimanya dengan tidak lebih dahulu dilakukan ijtihad dan menyelidiki
hujjah-hujjah agama. Yang demikian itu terkadang diperoleh dengan jalan kasyaf
dan terkadang diperoleh dengan tidak memakai perantara malaikat menurut cara yang tertentu yang Tuhan pergunakan beserta tiap-tiap maujud.
Dengan keterangan ini, nyatalah bahwa ilham itu
suatu kasyaf ma’nawi karena wahyu itu hasil dengan mempersaksikan mereka dan mendengar tidurnya. Golongan ini berkata wahyu itu khusus untuk Nabi,
sedangkan ilham untuk umum. Lagipula wahyu itu penyampaiannya kepada umat.
2. Perbedaan ilham dengan ta’lim
Ta’lim (member pelajaran) bersandar kepada pengetahuan dan penyelidikan. Ilham tidak disandarkan dan tidak pula
bersandar kepada pengetahuan yang hasil dari menyelami dalil-dalil agama, hanya
satu nama bagi garisan-garisan hati yang diciptakan Allah dalam jiwa orang yang
berakal, lalu ia sadar dan memahamkan maksud dengan secepat mungkin.Karena inilah
dinamai orang yang dapat mengetahui dengan kesempurnaan, kecerdikannya apa yang
tidak bisa dilihat oleh mata.
E.
Cakupan Ilmu dalam Al-Quran
1. Turunnya Al Qur’an dan wahyu
Di dalamnya membahas tentang proses mekanisme turunnya Al
Qur’an dan wahyu. Baik waktu turunnya berdasarkan tempatnya, nahariah, lalyliyah,
safariyah, syita’iyah, firasiyah dan lain-lainnya. Semua telah dibahas di
dalamnya.
2. Asbab an-nuzul
Asbab an-nuzul adalah situasi, kondisi, kejadian atau
peristiwa tertentu yang melatar belakangi turunnya suatu ayat atau surat
al-qur’an. Jadi , fungsi utama asbab an-nuzul adalah untuk membantu
dalam usaha menafsirkan, serta memahamkan teks-teks al-qur’an, melalui latar
kesejarahnnya.
3. Munasabah Al Qur’an
Munasabah secara etimologi berarti “musyakalah” (keserupaan)
dan “muqarabah” (kedekatan). Munasabah adalah pengetahuan tentang
berbagai hubungan unsur-unsur dalam Al-Qur’an, seperti hubungan antara jumlah
dengan pada suatu ayat, ayat dengan ayat pada suatu surah, surah dengan surah
pada sekumpulan surah, surah dengan surah.[4]
4. I’jazal-qur’an
I’jazal-qur’an upaya pengukuhan atas kebenaran Muhammad
serta risalah yang beliau emban, yaitu dengan emunculkan pembuktian bahwa
manusia dan jin tidak akan bisa mendatangkan hal serupa dengan apa yang beliau
bawa (Al Qur’an).
5. Qira’at Al Qur’an
Yaitu suatu mazhab yang dianut oleh seseorang imam qurra’
(ahli bacaan al-qur’an) yang berbeda dengan yang lainnya dalam pengucapan, dan
metode, dan riwayatnya.
6. Muhkam dan Muhtasyabihat
Muhkamat yangdimaksudkan adalah keindahan karena ayat Al
Qur’an itu indah dan tersusun dengan rapi. Sedangkan mutasyabihat, adalah
kesamaan tingkatan i’jaz (mukjizat yang tak tertandingi) dalam kefasihan
bahasa.
7. Ilmu Qashash
Ilmu yang membahas tentang kisah yang ada di dalam Al Qur’an
8. al-makky al-madani
Ilmu yang mempelajari tentang turunnya ayat-ayat Al
Qur’an itu turun di Makkah atau madinah.
9. NasikhdanMansukh
Yaitu ilmu yang menerangkan ayat-ayat yang dianngap mansukh
oleh sebagian ulama.
10. Isra`iliyat
Ilmu yang mempelajari tentang kisah-kisah bani
Israil
11. Tafsir, ta`wil dan Tarjamah al-Qur`an
Reangkaian penjelasan dari suatu pembicaraan atau teks Al
Qur’an atau dalam kalimat lain disebut tafsir. Jadi ilmu tafsir adalah ilmu yang
membahas tentang cara bagaimana teknik menjelaskan ayat-ayat Al Qur’an.[5]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Al-Quran secara etimologi berasal dari kata قرأ- يقرأ- قراءة- وقرآنا yang berarti bacaan. Sedangkan Al-Quran secara terminologi adalah kalam Allah yang
bersifat mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat
jibril dengan lafal dan maknanya dari allah SWT, yang dinukilkan secara
mutawattir, membacanya merupakan ibadah.
Diantara nama Al-Quran yang paling relevan dan tepat ada 4 yaitu:
Al-Quran, al-Kitab, al-Furqan, al-Dzikr. Sedangkan kandungan Al-Quran secara
garis besar yakni mencakup tentang akidah, ibadah dan muamalah, wa;du dan
wa’di, hukum, akhlak, kisah-kisah serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Wahyu secara
etimologi berasal dari kata waha-yahi-wahyan (وحي-يحي-وححيا), yang secara harfiah berarti
suara, kecepatan, bisikan, rahasia, isyarat, tulisan, dan kitab. Sedangkan wahyu secara terminology dapat diartikan sebagai sesuatu pengetahuan yang tidak dapat dicari
apalagi direkayasa, melainkan datang dengan sendirinya sebagai pengetahuan yang
dibeikan Allah kepada orang-orang pilihan yang kemudian disebut Nabi/Rosul-Nya.
Dengan begitu
wahyu disampaikan dengan dua mcam cara, yaitu secara langsung dari Allah kepada
rosul/nabi, atau melalui perantara yakni malaikat Jibril. Yang masing-masing
dari kedua cara itu juga terbagi lagi menjadi beberapa cara. Tentunya wahyu
juga berbeda dengan yang dinamakan ilham atau ta’lim. Karena ilham adalah
pengetahuan yang harus diawali ijtihad terlebih dahulu dalam menerimanya. Dan
ta’lim adalah pengetahuan yang bersandar pada ilham tersebut.
Didalam ilmu tafsir (ilmu Al Qur’an) membahas
berbagai macam tentang turunnya
al-Qur`an danwahyu, ulum al-Qur`an danperkembangannya,
sejarahturundanpemeliharaan al-Qur`an, asbab al-nuzul, munasabah al-Qur`an,
I`jazal-Qur`an, Qira`at al-Qur`an, MuhkamdanMutasyabihat, ilmuQashash,
al-Makkydan al-Madany, NasikhdanMansukh, Isra`iliyat, sertamengenaitafsir,
ta`wild an Tarjamah al-Qur`an.
B.
Kritik dan Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun. Kami
menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk
itu, kritik dan saran sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ni dan
berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penyusun pada khususnya.
[1]
Mohammad Nur Ichwan, Belajar Al Qur’an, (Semarang, RaSAIL: 2005) hlm.36
[2]
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada:
2013), hlm.32
[3]
Ahmad Shams Madyan. Peta
Pembelajaran al-qur’an(singosari,PustakaPelajar: 2005). Hlm.6
[4]
[4]Acep Hermawan. ‘ulumul Qur’an (Bandung,
PT Remaja Rosdakarya Offset, cetakan pertama, 2011) hlm.122
[5]Muhammad Amin Suma. Ulumul Qur’an(Jakarta,
PT RajaGrafindo Persada, cetakan-1, 2013) hlm.310
0 komentar:
Posting Komentar