Jumat, 09 Mei 2014

AL QUR’AN, WAHYU DAN CAKUPAN ILMU AL QUR’AN




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kitab suci samawi yang bernama Al Qur’an adalah sumber inspirasi kehidupan umat manusia. Karena semua yang dibutuhkan oleh manusia tersedia di dalamnya. Tinggal mau atau tidak kita mengambilnya dan menggunakannya. Jika kita belum menemukan apa-apa di dalamnya, padahal kita senantiasa membacanya, boleh jadi interaksi kita dengan Al Qur’an belum sempurna, karena kita membacanya hanya sekedar membaca, tanpa melihat aspek lain yang justru lebih penting.
Al Qur’an adalah “hudan lil-muttaqin” (petunjuk bagi orang-orang bertakwa), pedoman bagi umat islam. Maka dari itu banyaak penulis buku yang telah menulis buku tentang ulumul qur’an yang berguna untuk memahami wahyu (Al Qur’an). Di dalamnya terdapat berbagai pengertian mengenai Al Qur’an, wahyu, ilham, ta’lim dan berbagai cakupan ilmu Al Qur’an. Sedangkan pengertian ulumul qur’an sendiri adalah suatu ilmu yang lengkap dan mencakup bidang ilmu yang ada hubungannya dengan Al Qur’an baik berupa ilm agama, seperti ilmu tafsir, maupun berupa ilmu-ilmu bahasa Arab seperti ilmu I’rabul Qur’an, dan sebagainya.
Untuk itu sebelum memahami ilmu-ilmu Al Qur’an sebaiknya kita mengetahui dulu lebih dalam tentang pengertian Al Qur’an, Wahyu, Ilham dan Ta’lim, dan ilmu Al Qur’an. Supaya kita lebih mudah untuk memahami tentang bahasan ilmu-ilmu Al Qur’an dan bisa mengamalkan dalam praktik di kehidupan sehari-hari kita.

BAB II
RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian dan nama-nama Al-Quran ?
B.     Apa saja garis besar kandungan Al-Quran?
C.     Apa pengertian dan macam-macam Wahyu?
D.    Apa perbedaan wahyu dengan ilham dan ta’lim?
E.     Apa saja cakupan ilmu Al-Quran?

BAB III
PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan Nama-nama Al-Quran
1.      Pengertian Al-Quran
Secara etimologi  atau bahasa , lafadz Al-Quran berasal dari bahasa arab قرأ- يقرأ- قراءة- وقرآنا yang berarti bacaan. Hal ini dijelaskan sendiri dalam Al-Quran, yaitu:
#sŒÎ*sù çm»tRù&ts% ôìÎ7¨?$$sù ¼çmtR#uäöè% ÇÊÑÈ
“Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.” (QS Al-Qiyamah :18)

Pendapat lain mengatakan bahwa lafadz Al-Quran yang berasal dari kata قرأ tersebut juga berarti الجمع yaitu mengumpulkan atau menghimpun. Jadi lafadz Al-Quran berarti menghimpun atau mengumpulkan sebagian huruf dan kata yang satu dengan yang lainnya.
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama terkait dengan asal mula lafadz Al-Quran. Diantaranya menurut Al Asy’ari menyatakan bahwa lafadz Al-Quran tidak ber hamzah dan merupakan pecahan dari kata قرن yang berarti menggabungkan. Sedangkan menurut al-Lihyani lafadz Al-Quran itu ditulis dengan huruf hamzah di tengahnya dan merupakan isim masdar yang diartikan isim maf’ul, yaitu المقروء (yang dibaca).
Dari pendapat-pendapat tersebut Dr. Subhi as-Shalih menyimpulkan bahwa pendapat yang lebih kuat adalah pendapat yang terakhir, yaitu yang mengatakan bahwa lafadz Al-Quran adalah masdar dari قرأ.
Sedangkan pengertian Al-Quran secara terminologis juga banyak dikemukakan oleh berbagai ulama yang tentu tidak sama dalam mendefinisikannya. Seperti menurut Ali al-Shabuni dalam At tibyan fi ulum al qur’an yaitu:
“Al Quran adalah kalam Allah yang bersifat mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat jibril dengan lafal dan maknanya dari allah SWT, yang dinukilkan secara mutawattir, membacanya merupakan ibadah, dimulai dengan surat al fatihah dan diakhiri dengan surat an nas.”

Dr. Subhi al-Shalih juga mengemukakan definisi Al-Quran dalam kitabnya Mabahis fi ulum al qur’an yang di sepakati oleh para ahli bahasa, ahli kalam, ahli fiqh dan ushul fiqh yaitu:
“Al qur’an adalah firman allah yang berfungsi sebagai mu’jizat, yang diturunkan kepada nabi Muhammad, yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang di riwayatkan secara mutawattir dan membacanya merupakan ibadah.”[1]
Dari berbagai macam pengertian Al-Quran di atas tentu dapat di simpulkan bahwa terdapat beberapa unsur dalam Al-Quran, yakni:
Pertama, Al-Quran adalah wahyu atau kalam Allah SWT.  Semua definisi yang di berikan para ahli selalu di awali dengan penyebutan Al Quran sebagai kalam atau wahyu Allah. Tentu saja Al-Quran  mutlak bukan puitisasi para penyair, bukan bahkan bukan sabda nabi Muhammad SAW. Tetapi Al-Quran adalah kalam Allah, bukan perkataan selain dia.
Kedua, Al-Quran diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Ini berarti bahwa wahyu Allah yang diturunkan kepada rosul Allah selain nabi Muhammad tidak bisa disebut Al-Quran.
Ketiga, Al-Quran disampaikan melalui malaikat Jibril. Semua ayat Al-Quran diwahyukan melalui perantara malaikat Jibril. Meskipun ada segelintir ulama yang berpendapat bahwa ada beberapa surat yang langsung diwahyukan Allah kepada nabi, tetapi pendapat itu di bantah oleh banyak pihak.
Keempat, Al-Quran diturunkan dalam bentuk lafal arab. Seperti yang diyakini oleh para ulama bahwa Al-Quran diturunkan bukan hanya dalam bentuk makna seperti hadist qudsy tetapi juga sekaligus lafalnya. Maka terjemahan atau tafsir Al-Quran meskipun dalam bahasa arab sekalipun tidak bisa di sebut sebagai Al-Quran.
2.      Nama Lain Al-Quran
Al-Quran memiliki banyak nama dan julukan. Ini menunjukkan kemuliaan Al-Quran. Sebab seperti yang dinyatakan oleh al-Sayuti “banyak nama itu mengisyaratkan kemuliaan sesuatu yang diberi nama”. Menurut ‘Uzaizy Ibn ‘Abd al mulk atau yang dikenal dengan sebutan Abu al-Ma’ali Syaydzalah Al-Quran memiliki 55 macam nama.  Sedangkan menurut Hasan al-Harali malahan lebih dari 90 nama atau julukan Al-Quran.
Diantara nama-nama lain Al-Quran yang sering di sebutkan oleh para ulama atau umum dikenal yaitu: Al-Quran (Bacaan), al-Kitab (Tulisan), al-Furqan (Pembeda), al-Dzikr (Peringatan), al-Mushaf (Himpunan Lembaran), al-Kalam (Firman Allah), al-Nur (Cahaya), al-Huda (Petunjuk), al-Rahmah (Rahmat), al-Karim (Yang Mulia), al-Hikmah (Kebijaksanaan), al-Mubarak (Yang Diberkahi), al-Shirat al-Mustaqim (Jalan Lurus), al-Wahyu (Wahyu), al-‘ilm (Ilmu Pengetahuan), al-Bayan (Penjelasan), al-Haqq (Kebenaran), al-Busyra (Pemberi Kabar Gembira) dan masih banyak lagi yang lain.
Lepas dari perbedaan pendapat tentang nama Al-Quran, yang pasti semua nama selalu tepat dikaitkan dengan isi maupun fungsi Al-Quran itu sendiri. Namun Ibn Jazzi al Kilabi menegaskan bahwa yang tepat al quran hanya memiliki empat macam nama yaitu Al-Quran itu sendiri, al-Kitab, al-Furqan dan al-Dzikr.[2] Hal ini mengacu pada ayat-ayat yang menjelaskan tentang keempat nama tersebut.
1.      Al-Quran yang berarti bacaan. Hal ini berarti bahwa Al-Quran adalah bacaan yang sebaiknya dibaca oleh umat muslim. Ayat yang berkaitan dengan penyebutan Al-Quran yaitu:
¼çm¯RÎ) ×b#uäöà)s9 ×Lq̍x. ÇÐÐÈ  
“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia” (QS Al-Waqiah: 77)

2.      Al-Kitab yang berarti tulisan. Dinamakan al kitab karena Al-Quran tertulis dalam bentuk kitab. Seperti yang disebutkan dalam ayat Al-Quran:
   üNm ÇÊÈ   É=»tGÅ6ø9$#ur ÈûüÎ7ßJø9$# ÇËÈ  
“Haa miim. Demi kitab (Al Quran) yang menjelaskan.” (QS Al-Dukhan: 1-2)
3.      Al-Furqan yang berarti pembeda. Disebut al-Furqan karena Al-Quran menjelaskan antara yang haq dan yang bathil, yang benar dan yang salah serta yang baik dan yang buruk. Berdalil kepada firman allah yang berbunyi:
x8u$t6s? Ï%©!$# tA¨tR tb$s%öàÿø9$# 4n?tã ¾ÍnÏö6tã tbqä3uÏ9
šúüÏJn=»yèù=Ï9 #·ƒÉtR ÇÊÈ        
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS Al-Furqan: 1)
4.      Al-Dzikr yang berarti peringatan. Karena al quran mengandung peringatan-peringatan, nasihat serta informasi tentang umat yang telah lalu tentu saja sebagai peringatan dan nasihat bagi orang yang bertakwa. Ayat yang menunjukkan hal ini yaitu:
ÏM»uZÉit7ø9$$Î/ ̍ç/9$#ur 3 !$uZø9tRr&ur y7øs9Î) tò2Ïe%!$# tûÎiüt7çFÏ9 Ĩ$¨Z=Ï9
$tB tAÌhçR öNÍköŽs9Î) öNßg¯=yès9ur šcr㍩3xÿtGtƒ ÇÍÍÈ  
“Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al-Dzikr (Al-Quran), agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (QS Al-Nahl: 44)
Berkenaan dengan nama-nama al quran yang begitu banyak Shubhi as Shalih melontarkan pendapatnya bahwa sebagian ulama ada yang berlebihan dlam menghitung nama-nama al quran dan penyebabnya adalah karena mereka tanpa sadar mencampuradukkan antara nama Al –Quran dengan sifat-sifat Al-Quran. Yang jelas satu hal yang patut dicatat tentang nama Al-Quran bahwasannya dari sekian banyak nama terhadap Al-Quran, kata Al-Quran lah yang paling sering disebutkan dalam ayat-ayatnya yakni 70 kali dalam 70 ayat dan 38 surat baru kemudian diikuti dengan nama-nama lain.
B.     Kandungan (Isi) Al-Quran Secara Garis Besar
Al-Quran adalah kitab suci yang diperuntukkan bagi seluruh umat di dunia, terkhusus umat muslim. Di dalam surat-surat dan ayat-ayatnya terdapat kandungan yang secara garis besar yang dibagi menjadi beberapa hal pokok yaitu:
1.      Aqidah
Aqidah atau merupakan isi kandungan Al-Quran yang utama dan terpenting, karena aqidah adalah keyakinan yang diyakini kebenarannya dengan sepenuh hati terhadap apa yang dianutnya. Akan tetapi akidah yang diyakini tersebut tidak hanya dasar yang ideal tetapi harus benar-benar diwujudkan dalam perbuatan dan tingkah laku sebagai seorang yang beriman.
2.      Ibadah dan Muamalah
 Menurut Al-quran tujuan utama diciptakannya manusia dan jin adalah agar beribadah kepada Allah SWT. Oleh sebab itu dalam al quran banyak sekali dipaparkan tentang ibadah sebagai bentuk hubungan antara ciptaan khususnya manusia kepada yang menciptakan (Allah SWT) . Sedangkan sebagai makhluk yang hidup bersama-sama, tentu dalam kesehariannya manusia banyak melakukan hubungan atau komunikasi yang disebut habll min an-nas.
3.      Wa’du dan wa’id
Isi kandungan lain yang juga mempunyai peran penting bagi kehidupan manusia adalah al wa’du (janji baik) dan al wa’id (ancaman buruk). Hal ini terasa penting karena pada kenyataannya diantara karakteristik manusia adalh menyenangi janji baik dan memerhatikan ancaman buruk. Maka banyak sekali ayat-ayat dalam al-quran yang membahas tentang al wa’du dan al wa’id.
4.      Hukum
Telah ada kesepakatan di kalangan umat islam bahwa sumber hukum yang paling utama adalah Al-Quran. Hal ini dikarnakan memang di dalamnya memuat sejumlah ketentuan hukum sekaligus juga menyinggung kaidah-kaidah hukum pembentukannya.
5.      Akhlak
 Akhlak memiliki kedudukan yang penting bagi manusia juga serta sebagai barometer kesuksesan seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Seperti Rosulullah yang berhasil melaksanakan misinya untuk menyampaikan risalah islamiyah tidak lain juga karena komitmen dan konsisten akhlaknya yang sangat agung. Dan akhlak yang tinggi seperti itulah yang banyak dinyatakan dalam al quran.
6.      Kisah
Kisah merupakan isi kandungan lain dalam Al-Quran. Keberadaannya di dalamnya merupakan perhatian yang cukup serius . sebab dalam Al-Quran banyak sekali ayat yang menyebut kata al qashas, bahkan terdapat satu surat khusus yang bernama al-Qashas. Tentu semua itu juga merupakan kisah benar dan baik yang bermanfaat bagi manusia sebagai peringatan dan pelajaran berharga.
7.      Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu kandungan yang juga tidak kurang pentingnya bagi manusia. Betapa banyaknya ayat al quran yang mendorong para ilmuan untuk menggali ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya bukan hanya dari al quran tetapi juga dari alam jagat raya. Ayat-ayat Al-Quran yang menyinggung tentang persoalan ilm pengetahuan disebut ayat al-kauniyyah atau ayat al ulum.

C.    Pengertian Wahyu dan Macam-macam Wahyu
1.      Pengertian Wahyu
Wahyu berasal dari kata waha-yahi-wahyan (وحي-يحي-وححيا), yang secara harfiah berarti suara, kecepatan, bisikan, rahasia, isyarat, tulisan, dan kitab. Didalam Al-Quran, kata wahyu disebut sebanyak 77 kali dan kebanyakan dalam bentuk kata kerja (fi’il ) yang digunakan untuk beberapa pengertian. Di antaranya :
a.       Wahyu dalam arti ilham atau insting seperti dalam ayat :
4ym÷rr&ur y7/u n<Î) È@øtª[$# Èbr& ÉσªB$# z`ÏB ÉA$t6Ågø:$#
$Y?qãç/ z`ÏBur ̍yf¤±9$# $£JÏBur tbqä©Ì÷ètƒ ÇÏÑÈ  
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia’.” (QS Al-Nahl : 68)


b.      Wahyu dengan arti perintah seperti dalam firman Allah:
øŒÎ)ur àMøym÷rr& n<Î) z`¿ÎiƒÍ#uqysø9$# ÷br& (#qãYÏB#uä Î1
Í<qßtÎ/ur (#þqä9$s% $¨YtB#uä ôpkô­$#ur $oY¯Rr'Î/ tbqßJÎ=ó¡ãB ÇÊÊÊÈ  
“Dan (ingatlah), ketika aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: ‘Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku’. mereka menjawab: Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)’.”(Al-Maidah: 111)
Wahyu selanjutnya mengandung pengertian pemberitahuan tersembunyi dengan cara cepat. Namun, kebanyakan orang-orang islam mengenal wahyu dalam arti suatu ajaran islam yang disampaikan Allah kepada para nabi dan rosulnya.
Begitu pula dengan Al-Sayyid Rasyid Ridha menurutnya wahyu adalah suatu ilmu yang dikhususkan untuk para rosul dengan tidak mereka usahakan dan tidak mereka pelajari. Lebih singkatnya pengertian wahyu adalah sesuatu pengetahuan yang tidak dapat dicari apalagi direkayasa, melainkan datang dengan sendirinya sebagai pengetahuan yang dibeikan Allah kepada orang-orang pilihan yang kemudian disebut Nabi/Rosul-Nya.
Menurut Syeikh Muhammad Abduh, wahyu adalah inspirasi pengetahuan yang tiba-tiba muncul pada diri seorang nabi, beserta keyakinananya, bahwa pengetahuan itu berasal dari Allah SWT, baik Nabi menerima pengetahuan itu langsug dari-Nya atau memang ada juru bicara Tuhan yaitu jibril.[3]
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan cara penyampaian wahyu Allah kepada Nabi/ Rosul-Nya.
1). Secara langsung atau tidak melalui perantara malaikat. Dalam hal ini ada beberapa macam, yaitu:
a).  Allah menghembuskan suatu ke dalam jiwa nabi.
b). Allah berbicara kepada nabi dari balik tabir.
c).  Melalui mimpi yang benar di dalam tidur.
2). Tidak secara langsung atau melalui perantara yaitu malaikat Jibril.    Dalam hal ini juga terjadi dengan berbagai macam cara, yakni:
a). Jibril datang kepada rosul dengan suara seperti dencingan atau gemerincing lonceng dan suara yang amat kuat.
b). Malaikat mengilhamkan sesuatu kepada rosul. Cara ini hamper sama dengan cara yang pertama.
c). Malaikat jibril menjelma kepada rosul sebagai seorang laki-laki dalam bentuk manusia.
d).  Malaikat menjelmakan dirinya kepada Rosul dalam wujud aslinya.
2. Macam-Macam Wahyu
Dari segi penyampainnya wahyu ada beberapa macam, yaitu:
1.      Berupa pembicaraan langsung (dialog) antara hamba pilihan Tuhan dengan-Nya, seperti halnya terjadi pada diri Nabi Musa a.s.
2.      Berupa anugerah langsung oleh Allah ke dalam hati manusia pilihan-Nya, dengan cara yang sangat mudah, tidak bisa dihindari kedatangannya dan tidak ada suatu keraguan di dalamnya.
3.      Berupa hasil dari mimpi yang benar, seperti yang terjadi pada Nabi Ibrahim a.s.
4.      Berupa sesuatu yang dibawa oleh Jibril disampaikan kepada manusia pilihan. Wahyu yang beginilah yang paling umum dan masyhur.

D.    Perbedaan Wahyu dengan Ilham dan Ta’lim
1.      Perbedaan wahyu dengan ilham  
Sebagian ulama mengatakan Ilham itu adalah menuangkan suatu pengetahuan kedalam jiwa yang diminta supaya dikerjakan oleh yang menerimanya dengan tidak lebih dahulu dilakukan ijtihad dan menyelidiki hujjah-hujjah agama. Yang demikian itu terkadang diperoleh dengan jalan kasyaf dan terkadang diperoleh dengan tidak memakai perantara malaikat menurut cara yang tertentu yang Tuhan pergunakan beserta tiap-tiap maujud.
Dengan keterangan ini, nyatalah bahwa ilham itu suatu kasyaf ma’nawi karena wahyu itu hasil dengan mempersaksikan mereka dan mendengar tidurnya. Golongan ini berkata wahyu itu khusus untuk Nabi, sedangkan ilham untuk umum. Lagipula wahyu itu penyampaiannya kepada umat.
2.      Perbedaan ilham dengan ta’lim
Ta’lim (member pelajaran) bersandar kepada pengetahuan dan penyelidikan. Ilham tidak disandarkan dan tidak pula bersandar kepada pengetahuan yang hasil dari menyelami dalil-dalil agama, hanya satu nama bagi garisan-garisan hati yang diciptakan Allah dalam jiwa orang yang berakal, lalu ia sadar dan memahamkan maksud dengan secepat mungkin.Karena inilah dinamai orang yang dapat mengetahui dengan kesempurnaan, kecerdikannya apa yang tidak bisa dilihat oleh mata.
                                                                        
E.     Cakupan Ilmu dalam Al-Quran
1.      Turunnya Al Qur’an dan wahyu
Di dalamnya membahas tentang proses mekanisme turunnya Al Qur’an dan wahyu. Baik waktu turunnya berdasarkan tempatnya, nahariah, lalyliyah, safariyah, syita’iyah, firasiyah dan lain-lainnya. Semua telah dibahas di dalamnya.
2.      Asbab an-nuzul
Asbab an-nuzul adalah situasi, kondisi, kejadian atau peristiwa tertentu yang melatar belakangi turunnya suatu ayat atau surat al-qur’an. Jadi , fungsi utama asbab an-nuzul adalah untuk membantu dalam usaha menafsirkan, serta memahamkan teks-teks al-qur’an, melalui latar kesejarahnnya.
3.      Munasabah Al Qur’an
Munasabah secara etimologi berarti “musyakalah” (keserupaan) dan “muqarabah” (kedekatan). Munasabah adalah pengetahuan tentang berbagai hubungan unsur-unsur dalam Al-Qur’an, seperti hubungan antara jumlah dengan pada suatu ayat, ayat dengan ayat pada suatu surah, surah dengan surah pada sekumpulan surah, surah dengan surah.[4]
4.      I’jazal-qur’an
I’jazal-qur’an upaya pengukuhan atas kebenaran Muhammad serta risalah yang beliau emban, yaitu dengan emunculkan pembuktian bahwa manusia dan jin tidak akan bisa mendatangkan hal serupa dengan apa yang beliau bawa (Al Qur’an).
5.      Qira’at Al Qur’an
Yaitu suatu mazhab yang dianut oleh seseorang imam qurra’ (ahli bacaan al-qur’an) yang berbeda dengan yang lainnya dalam pengucapan, dan metode, dan riwayatnya.
6.      Muhkam dan Muhtasyabihat
Muhkamat yangdimaksudkan adalah keindahan karena ayat Al Qur’an itu indah dan tersusun dengan rapi. Sedangkan mutasyabihat, adalah kesamaan tingkatan i’jaz (mukjizat yang tak tertandingi) dalam kefasihan bahasa.
7.      Ilmu Qashash
Ilmu yang membahas tentang kisah yang ada  di dalam Al Qur’an  
8.      al-makky al-madani
Ilmu yang mempelajari tentang turunnya ayat-ayat Al Qur’an itu turun di Makkah atau madinah.
9.      NasikhdanMansukh
Yaitu ilmu yang menerangkan ayat-ayat yang dianngap mansukh oleh sebagian ulama.
10.  Isra`iliyat
Ilmu yang mempelajari tentang kisah-kisah bani Israil
11.  Tafsir, ta`wil dan Tarjamah al-Qur`an
Reangkaian penjelasan dari suatu pembicaraan atau teks Al Qur’an atau dalam kalimat lain disebut tafsir. Jadi ilmu tafsir adalah ilmu yang membahas tentang cara bagaimana teknik menjelaskan ayat-ayat Al Qur’an.[5]





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Al-Quran secara etimologi berasal dari kata قرأ- يقرأ- قراءة- وقرآنا yang berarti bacaan. Sedangkan Al-Quran secara terminologi adalah kalam Allah yang bersifat mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat jibril dengan lafal dan maknanya dari allah SWT, yang dinukilkan secara mutawattir, membacanya merupakan ibadah.
Diantara nama Al-Quran yang paling relevan dan tepat ada 4 yaitu: Al-Quran, al-Kitab, al-Furqan, al-Dzikr. Sedangkan kandungan Al-Quran secara garis besar yakni mencakup tentang akidah, ibadah dan muamalah, wa;du dan wa’di, hukum, akhlak, kisah-kisah serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Wahyu secara etimologi berasal dari kata waha-yahi-wahyan (وحي-يحي-وححيا), yang secara harfiah berarti suara, kecepatan, bisikan, rahasia, isyarat, tulisan, dan kitab. Sedangkan wahyu secara terminology dapat diartikan sebagai sesuatu pengetahuan yang tidak dapat dicari apalagi direkayasa, melainkan datang dengan sendirinya sebagai pengetahuan yang dibeikan Allah kepada orang-orang pilihan yang kemudian disebut Nabi/Rosul-Nya.
Dengan begitu wahyu disampaikan dengan dua mcam cara, yaitu secara langsung dari Allah kepada rosul/nabi, atau melalui perantara yakni malaikat Jibril. Yang masing-masing dari kedua cara itu juga terbagi lagi menjadi beberapa cara. Tentunya wahyu juga berbeda dengan yang dinamakan ilham atau ta’lim. Karena ilham adalah pengetahuan yang harus diawali ijtihad terlebih dahulu dalam menerimanya. Dan ta’lim adalah pengetahuan yang bersandar pada ilham tersebut.
Didalam ilmu tafsir (ilmu Al Qur’an) membahas berbagai macam tentang turunnya al-Qur`an danwahyu, ulum al-Qur`an danperkembangannya, sejarahturundanpemeliharaan al-Qur`an, asbab al-nuzul, munasabah al-Qur`an, I`jazal-Qur`an, Qira`at al-Qur`an, MuhkamdanMutasyabihat, ilmuQashash, al-Makkydan al-Madany, NasikhdanMansukh, Isra`iliyat, sertamengenaitafsir, ta`wild an Tarjamah al-Qur`an.
B.     Kritik dan Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ni dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya.



[1] Mohammad Nur Ichwan, Belajar Al Qur’an, (Semarang, RaSAIL: 2005) hlm.36
[2] Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada: 2013), hlm.32
[3] Ahmad Shams Madyan. Peta Pembelajaran al-qur’an(singosari,PustakaPelajar: 2005). Hlm.6

[4] [4]Acep Hermawan. ‘ulumul Qur’an (Bandung, PT Remaja Rosdakarya Offset, cetakan pertama, 2011) hlm.122
[5]Muhammad Amin Suma. Ulumul Qur’an(Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, cetakan-1, 2013) hlm.310

0 komentar:

Posting Komentar